Blog

Benarkah Moderasi Agama Gus Dur Sudah Tuntas?

Cover 1
Berita

Benarkah Moderasi Agama Gus Dur Sudah Tuntas?

Dalam rangka ke-13 tahun wafatnya Gus Dur, Ikatan keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) menggelar seminar nasional pemikiran Gus Dur. Rabu, (21/12/02) bertempat di aula lt. 03 KH. M. Yusuf Hasyim, seminar ini berlangsung dengan mengangkat tema “Perjuangan Gus Dur dan Masa Depan Moderasi Beragama”.

Penampilan hadrah yang memukau dari kampus UNHASY ditampilkan sembari menjadi awal pembukaan hari ini, kemudian dilanjut dengan sambutan-sambutan tentunya tidak luput dari Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz.

Menurut pengasuh pesantren ini Gus Dur merupakan sosok yang sangat luar biasa, “Gus Dur mempunyai pemikiran yang luas tapi yang paling terpenting adalah cara Gus Dur dalam memberikan solusi, mengajak dan mengayomi dengan lembut dan menggunakan strategi-strategi beliau yang mudah diterima dimasyarakat,” tuturnya.

Kemudian hal yang paling menonjol dari Gus Dur adalah ketika sepulang dari luar negeri pada tahun 1997 sudah ikut terlibat dan aktif dalam kegiatan NU dan pada tahun 1984 Gus Dur menjabat menjadi ketua PBNU. Dari sinilah reformasi yang sangat mendasar bagi NU, dimana saat itu NU tidak menerima Pancasila sebagai asas negara, akan tetapi dengan pemikiran-pemikiran luar biasa beliau akhirnya NU dapat menerima Pancasila sebagai asas Negara ini.

Sehingga apa yang diinginkan oleh Hadrotussyaikh Hasyim Asy’ari tercapai yaitu bagaimana NU dapat mewadahi semua umat dengan cara yang lebih terbuka sehingga diterima oleh semua kalangan, oleh karenanya kita bisa memastikan Gus Dur adalah sosok yang patut untuk ditiru.

Seminar Nasional ini menghadirkan narasumber istimewa salah satunya, Prof. Masdhar Hilmy, M.A., ph.D. merupakan Guru besar sosiologi agama sekaligus Direktur pascasarjana UINSA Surabaya).

Dalam kesempatan kali ini, prof. Masdhar Hilmy menyampaikan bahwa Pemikiran Gus Dur terkait moderasi beragama sudah tuntas, “Cakupan moderasi beragama Gus Dur menurut kementerian agama sudah cukup” jelasnya.

Beliau mengaitkan pemikiran Gus Dur dengan kebijakan moderasi beragama yang tengah gencar-gencarnya diterapkan oleh Pemerintah (Cq. Kementerian Agama RI) melalui RPJMN 2020-2024. Bahwa moderasi beragama terbagi menjadi 4 indikator, yakni; Toleransi beragama, agama tanpa kekerasan, wawasan kebangsaan dan gagasan akomodatif terhadap budaya lokal.

Semua indikator ini telah diaplikasikan oleh Gus Dur dalam keseharian, perilaku atau bahkan dalam guyonannya. Sehingga 4 Indikator ini dirasa belum cukup ruang untuk menampung semua pemikiran-pemikiran luar biasa Gus Dur.

Selain itu prof. Masdhar Hilmi  juga mengatakan akan kekhawatiran Gus Dur terkait toleransi bergama dimasa depan. “Pada suatu ketika Gus Dur khawatir akan masa depan ummat ini sepeninggalnya, tentang kerukunan dan toleransi antara umat beragama yang kian mengkhawatirkan, sehingga untuk mencapai implementasi moderasi beragama kita akan dihadapkan dengan berbagai tantangan,” jelasnya.

Salah satu tulisan Gus Dur mengenai moderasi beragama yakni menulis tentang strategi untuk mempertahankan moderasi agama dimasa depan. Diantaranya, pertama, terkait makna moderasi beragama, sebab banyak sekali masyarakat yang masih keliru dengan istilah moderasi beragama. seperti halnya Islam radikal, Islam moderat dan Islam lainnya. Sehingga Gus Dur berinisiatif meluruskan kekeliruan tersebut agar mendapatkan pemahaman seutuhnya.

Kedua, meningkatkan validitas argumentasi keagaman, baik Al-Qur’an maupun Hadis agar memperkuat dan meyakinkan masyarakat dalam moderasi beragama yang diambil langsung oleh sumber auntentik.

Ketiga, menguatkan struktural di masyarakat dalam bidang ekonomi, dengan adanya kekuatan yang memadai dari  struktural masyarakat ini dapat mendukung keberhasilan moderasi beragama dinegara ini.

Kontributor: Nur Ziah

Editor: Syofiatul Hasanah

Leave your thought here

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *