Kemenag dan KPK Agendakan Penguatan Nilai Antikorupsi, Mahasantri MAHA Ikuti Serentak
Kemenag dan KPK Agendakan Penguatan Nilai Antikorupsi, Mahasantri MAHA Ikuti Serentak
Mahasantri penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) ikuti program “Penguatan Nilai-Nilai Integritas dan Antikorupsi”. Sejumlah 27 mahasantri MAHA antusias turut serta dalam kegiatan tersebut, meski hanya dalam jaringan Zoom Meeting pada 12/12/24. Selain mahasantri MAHA, ada 638 mahasiswa penerima PBSB dari berbagai Ma’had Aly, perguruan tinggi negeri dan keagamaan Islam lainnya.
Kegiatan ini dirancang oleh Kementrian Agama (Kemenag), Penyuluh Anti Korupsi (PAKSI) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Pusat Kajian Antikorupsi (PUKAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk penerima PBSB Tahun 2020-2024. Agenda yang difasilitasi yakni empat kelas interaktif; Pengenalan Antikorupsi dan Tindak Pidana Korupsi, Tindak Pidana Korupsi, Membedah Korupsi dan Dampaknya, dan Mecegah dan Melawan Korupsi.
Kelas interaktif pertama dipandu oleh Hasrul Hariri. Pria berkelahiran Sumenep ini di awal sesi menegaskan, “Korupsi dapat menghancurkan etos moral kompetisi secara fair. Sebuah buku bahkan mengatakan tindakan korupsi juga lambat laun dapat mempertajam tindakan terorisme.”
Dia juga mencontohkan negara-negara Skandinavia yang berindeks korupsi rendah. Sejak tahun 2012-2020 negara-negara Skandinavia merupakan negara dengan penduduk paling bahagia di dunia dengan peringkat 10 besar. Bahkan, menurut keterangannya, penjara di Norwegia seperti asrama pendidikan. Di sana disediakan tempat gym, jaringan internet, serta televisi 42 inci. Lalu di Belanda, penjara difasilitasi perpustakaan, hingga lengkap beserta buku berbahasa Arab untuk terpidana imigran Arab.
“Pesantren jika diproyeksikan sebagai lembaga pelopor antikorupsi harus memenuhi beberapa hal. Yakni Pengetahuan moral (moral judgment), perilaku aktual (actual conduct), dan situasi kongkret (congcrit situation). Mengapa pesantren? Karena pesantren digemborkan sebagai tempat pendidikan karakter. Sehingga klaim ini harus dibuktikan, salah satunya sebagai pelopor antikorupsi,” begitu kata pria umur 50-an ini.
Hasrul membagi pengalaman buruknya ketika di pesantren, “Ketika saya di pesantren saya menjadi ketua OSIS. Sebagai ketua OSIS saya wajar bertanya mengapa dana OSIS tidak turun. Bukannya mendapat penjelasan, tapi saya mendapat jawaban (لا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ).”
Baginya, pesantren dapat menjadi pelopor gerakan antikorupsi jika ada komitmen dan dukungan pimpinan pesantren. Serta regulasi pesantren perlu direvisi agar pararel dengan prinsip-prinsip integritas dan anti korupsi. Jangkar integritas penerapan instrumen pencegahan koruspsi; whistle blowin system, mitigasi conflict of interest. Dan konsistensi dalam penerapan praktik integritas anti korupsi.
Selain Hasrul, terdapat narasumber lainnya di kelas-kelas interaktif dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga hari di Hotel Naraya, Jakarta Timur tersebut. Dengan kegiatan ini, para penerima PBSB diharapkan dapat menjadi teladan dan agen perubahan yang aktif menyebarkan nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi di lingkungan pesantren, pendidikan, dan masyarakat, demi terciptanya kehidupan berbangsa yang bebas dari korupsi.
Kontributor: Yuniar Indra Yahya (Penerima Beasiswa PBSB Mahasantri Marhalah Tsaniyah MAHA)
Editor: Syifa’ Q.