Blog

Kesan Mahasiswa UIN Walisongo Saat KKL di MA Hasyim Asy’ari

IMG_0154
Berita

Kesan Mahasiswa UIN Walisongo Saat KKL di MA Hasyim Asy’ari

Kamis, 24/02/2022. Ma’had Aly Hasyim Asy’ari menjadi tuan rumah Kuliah Kerja Lapangan(KKL) yang diselenggarakan oleh UIN Walisongo Semarang. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula lantai 1 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang diikuti oleh Mahasiswa/I fakultas Ushuluddin dan Humaniora jurusan Studi Agama Agama dan Aqidah Filsafat Islam.

Acara ini diawali dengan pengenalan tentang Ma’had Aly Hasyim Asy’ari melalui tayangan video lalu disusul dengan sambutan Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari K.H Nur Hannan Lc.MHI dan Ketua KKL UIN Walisongo fakultas Ushuluddin dan Humaniora Bapak Muhtarom yang kemudian dilanjut dengan acara inti  yaitu seminar dan dialog interaktif dengan tema “Moderasi Beragama” yang disampaikan oleh salah satu dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari K.H Ahmad Roziqi Lc. Kurang lebih ada  130 mahasiswa/i yang mengikuti acara ini dengan didampingi para bapak ibu dosennya.

Muhaimin Hadratul Fadhil salah satu peserta KKL menyampaikan bahwa ia senang bisa berkunjung ke Ma’had Aly dan Ziarah ke Maqbarah Tebuireng. Lalu dia juga menyampaikan banyak ilmu yang didapat mulai dari sifat-sifat antara santri dan mahasiswa, perbedaan antara istilah “ Mahasantri “ dan “Mahasiswa”, serta ilmu yang berkaitan dengan moderasi beragama.

“Kesan yang pertama kali ketika saya masuk Ma’had Aly itu, kalau di lihat dari metode pembelajarannya yang disampaikan oleh pimpinan, saya melihat bahwa Ma’had Aly ini masih mempertahankan motode pembelajaran yang klasik dengan menggunakan kitab kuning.

Satu sisi jika melihat dari lingkungan pondoknya dan penampilan dari para santrinya, itu merespon juga modernisasi.

Artinya yang saya lihat, Ma’had Aly ini memadukan antara salafi dan modern, jadi mempertahankan tradisi dan merespon modernisasi. Jika dikaitkan dengan materi, itu selaras sama seperti apa yang disampaikan oleh salah satu dosen Ma’had Aly  tentang moderasi beragama, tidak cenderung berlebihan kemanapun, tapi seimbang berada di tengah, dengan cara memadukan keduanya tradisi dan modern.” Pungkasnya. (Anisa Fadhila)

Leave your thought here

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *