Kuliah Umum Bersama Mursyid Tarekat Idrisiyyah: Jelaskan Epistemologi Ilmu dalam Islam
Kuliah Umum Bersama Mursyid Tarekat Idrisiyyah: Jelaskan Epistemologi Ilmu dalam Islam
Ma’had Aly Hasyim Asy’ari kembali menyelenggarakan kuliah umum, kali ini bersama Mursyid Tarekat Idrisiyah yakni Syekh Muhammad Fathurahman dengan menjelaskan makna epistemologi ilmu dalam islam. Kuliah ini diikuti langsung oleh seluruh mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari bertempat di aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng pada Senin, (13/06/2022).
Pembacaan ayat-ayat suci al-Quran dan menyanyikan hymne Ma’had Aly Hasyim Asyari mengawali kegiatan perkuliahan, kemudian dilanjut dengan sambutan Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, KH. Nur Hannan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa terima kasih kepada KH. Syekh Muhammad Fathurahman beserta istri dan mudir bidang Pendidikan Idrisiyyah yang telah berkenan silaturahmi di Pondok Pesantren Tebuireng serta memberikan ilmu kepada mahasantri.
“ Sesungguhnya ulama itu merupakan pewaris para nabi, Alhamdulillah kita kedatangan Syeikh Muhammad Fathurrahman salah satu bagian dari pewaris nabi. Dikarenakan nabi tidak lain mewariskan ilmunya, mudah-mudahan apa yang disampaikan beliau bermanfaat serta berkah dunia akhirat,” harapnya
Di awal materi perkuliahan yang langsung dipandu oleh dosen muda Ma’had Aly, Dr. Anang Firdaus selaku pemandu acara, Syekh Muhammad Fathurrahman menyampaikan bahwa Imam Hasan Al-Basri Rahimahullah membagi ilmu menjadi dua bagian yaitu ilmu dzahir dan ilmu batin. Ilmu dzahir seperti ilmu hadis, ilmu tafsir dan ilmu-ilmu lainnya. Sedangkan ilmu batin atau ilmu hakikat adalah buah dari ilmu tasawwuf. Dan para ulama berupaya untuk menyatukan ilmu keduanya.
Syeikh Muhammad Fathurrahman juga berpesan kepada mahasantri bahwa santri itu harus membaca, karna kalau tidak maka akan bodoh. Maka seorang santri harus berpayah-payahan. “ Imam Syafi’i Rahimahullah mengatakan barang siapa yang tidak pernah mencicipi pahitnya dalam belajar, maka ia akan meneguk gelas kebodohan sepanjang hidupnya”,ungkapnya.
“Maka kita harus merasakan susahnya mencari ilmu, kalau hari ini kita bersenang-senang maka kita akan meneguk gelas kebodohan sepanjang hidup kita”, tambahnya.
Setelah itu, beliau membahas tentang epistimologinya kaum sufi dalam mendapatkan ilmu fil qolbi (dalam hati) yaitu dengan cara riyadhoh atau melatih hati. Dan adapun cara melatih hati yang disebutkan oleh Mursyid Tarekat Idrisiyyah ini yaitu ada dua cara, yang pertama ialah takhliyah yaitu membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati dan ini yang menjadi dasar dalam ilmu tasawwuf. Adapun yang kedua adalah tahliyah yaitu menghiasi hati kita dengan sifat-sifat terpuji serta amalan-amalan yang telah dianjurkan.
Terakhir, beliau menegaskan bahwa untuk mencapai kebenaran dalam memahami ilmu dalam islam adalah dengan cara memadukan antara ilmu dzahir dan batin. “Syekh Ahmad Syarif As-sanusi dalam kitab buyudol al-mawahid al-makkiyyah mengatakan toriqotuna jami’atun baina toriqotun burhaniyyah wa toriqotun isroqiyyah, epistomologi kami dalam mencapai kebenaran adalah dengan memadukan antara toriqotun burhaniyyah (ilmu dzahir) dan toriqorun isroqiyyah (ilmu batin),” jelasnya.
Oleh : Rizki & Syofi