Blog

Mahasantri MAHA Adakan Manaqib Jawahirul Ma’ani

IMG-20230903-WA0029
Berita

Mahasantri MAHA Adakan Manaqib Jawahirul Ma’ani

Kamis, 31 Agustus 2023 Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) adakan acara Manaqib Jawahirul Ma’ani. Acara yang bertempat di Asrama Pusat MAHA tersebut dihadiri oleh Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Semester 1-5. Dalam acara ini turut diundang KH. Mustamir Hanan Shobari sebagai pembicara, sekaligus Pemberi Ijazah Manaqib (Musnid) pada Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asyari.

Menurut Kepala Asrama Putra MAHA, H. Syukron Ma’mun, Lc. MA., acara ini digelar sebagai bentuk penyelarasan antara ilmu dhohir dan rohani. Beliau mengatakan, “Mahasantri Ma’had Aly selama ini hanya ‘dicekoki’ ilmu dhohir saja. Untuk menyinkronkan ilmu dhohir tersebut, perlu diadakan acara- acara wiridan yang berfungsi membasuh rohani mahasantri.” Oleh karena itu, acara manaqib ini dinilai cocok dengan kebutuhan mahasantri.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembacaan manaqib bersama-sama, kemudian dilanjutkan dengan Mauidhoh Hasanah sekaligus pemberian ijazah sanad oleh KH. Mustamir Hanan Shobari. Rencananya, acara manaqib seperti ini akan dirutinkan sebulan sekali di Asrama Pusat Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

KH. Mustamir Hanan Shobari memberikan ijazah sanad dua kitab manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Pertama, kitab Manaqib Nurul Burhani, beliau mendapatkan ijazah sanad kitab tersebut dari KH. Abdullah Thoyyib, Pulosari, Papar, Kediri. Kedua, kitab Manaqib Jawahirul Ma’ani, beliau menerima ijazah sanad manaqib tersebut langsung dari pengarangnya, yakni KH. Ahmad Jauhari Umar, Pengasuh Pondok Pesantren Darus Salam al-Islamiyah, Tanggulangin, Kejayan, Pasuruan,  Jawa Timur. Kitab ini dikarang pada tahun 1994 M.

“KH. Ahmad Jauhari Umar adalah kiai yang alim, Shohibul Istiqomah, serta suka menantang arus,” ungkap KH. Mustamir. Pernah suatu ketika KH. Jauhari Umar bertempat di sebuah tempat yang ditempati banyak ahli sihir. Tujuan KH. Jauhari tidak lain untuk mengalahkan para ahli sihir dan menghilangkan kemusyrikan di daerah tersebut.

Kemudian KH. Mustamir menukil pesan dari KH. Jauhari Umar, “Jika ada doa, wirid, atau dzikir yang berasal dari Al-Quran, Hadis, atau manaqib dan semisalnya, maka yang sampean dahulukan adalah doa dari Al-Qur’an.” Beliau mengatakan demikian karena banyak orang  mengambil doa atau wirid dari manaqib saja, seolah- olah manaqib lebih tinggi derajatnya daripada Al-Qur’an.

Terakhir, KH. Mustamir menjelaskan bahwa manaqib mempunyai sisi keistimewaan tersendiri. “Kalau sholawat menjadi  pembuka hati serta masalah agama, maka manaqib merupakan pembuka masalah dunia juga masalah rezeki,” pungkas Kiai lulusan Tebuireng tersebut.

Kontributor : Muhammad Fatkhun Niam (Smt 5)

Editor : Ach. Syifa’ Qolby (Smt 3)