Meriah! FBM MAHA Ajak Musyawarah bersama Santri Tebuireng
Meriah! FBM MAHA Ajak Musyawarah bersama Santri Tebuireng
Forum Bahtsul Masail (FBM) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) adakan kegiatan Bahtsul Masail Se-Tebuireng Raya. Musyawarah ini dilangsungkan pada hari Senin, 30 Oktober 2023. Kegiatan yang bertempat di masjid Tebuireng Pondok Putra Pesantren Tebuireng tersebut turut mengundang delegasi seluruh unit pendidikan dan forum diskusi yang ada di Tebuireng, seperti Forum Diskusi Santri Salaf (Fordisaf), Madrasah Aliyah Khusus Keagamaan (MAKK), Muallimin, SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Aliyah Salafiyah Syafiiyah (MASS) serta beberapa delegasi dari MAHA sendiri.
Musyawarah dibuka oleh Khozinul Fattah selaku Ketua FBM MAHA 2023/2024. Mahasantri semester 5 tersebut mengatakan, “Bahtsul Masail se-Tebuireng raya ini digelar untuk melatih santri-santri di unit-unit pendidikan yang ada di Tebuireng agar bisa menjawab problem fiqhiyyah di masa sekarang”.
Lebih lanjut ia berharap dengan diadakannya Bahtsul Masail se-Tebuireng raya tersebut dapat mengasah santri dalam bermusyawarah dan berpikir kritis, sebelum diutus ke level musyawarah yang lebih tinggi, seperti Bahtsul Masail se-Jawa-madura atau bahkan Nasional.
Musyawarah kemudian dilanjut dengan pembahasan as’ilah yang dipandu oleh Ma’shum Ahlul Choir selaku moderator. Musyawarah kali ini memuat dua as’ilah yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh teman-teman FBM MAHA. Musyawarah berjalan dengan lancar, disertai antusias Musyawirin yang saling beradu argumen dan memaparkan rumusan jawabannya masing-masing.
Terlihat Ustadz Ahmad Siddiqur Rozaq ,S. Ag dan Ustadz Washil Syahrir, S. Ag selaku Perumus serta Mushohhih sempat beberapa kali menengahi argumen para Musyawirin.
Ustadz Washil menjelaskan alasan mengapa Bahtsul Masail kali ini ditempatkan di masjid Tebuireng, “Selain karena niat ngalap berkah, memang sedari dulu masjid itu merupakan tempat kegiatan keagamaan, yang mana salah satunya adalah belajar. Asyiknya tafaqquh di masjid itu adalah ‘pahalanya plus-plus’; pertama, pahala belajar, kedua, pahala i’tikaf. Maka, musyawarah kali ini sudah sangat pantas disebut dengan Riyadhul Jannah yang disampaikan Hadratul Rasul”.
Ia kemudian mengutip pesan Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, “Santri yang boyong minimal sangu Taqrib. Jangan sampai ada santri yang pulang ke rumah, kemudian jadi tokoh di kampung halamannya namun tidak punya dasar ilmu agama yang mapan. Akhirnya ia-pun ngawur ketika menjawab masalah-masalah yang ditanyakan masyarakat,” tutup Pembina Kamar Unit Aliyah sekaligus Mahasantri Program Marhalah Tsaniyah (M2) MAHA tersebut.
Terakhir, Musyawarah ditutup dengan rumusan yang dipaparkan oleh Perumus sekaligus Mushohhih. Kemudian rumusan-rumusan tersebut disetujui oleh seluruh Musyawirin.
Kontributor : Muhammad Fatkhun Niam
Editor : Ach. Syifa’ Qolby