Puan Berbincang : Tips Menjadi Pemimpin Perempuan Anti Baper
Puan Berbincang : Tips Menjadi Pemimpin Perempuan Anti Baper
Jum’at (09/09/2022), Dewan Mahasantri Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Dema Amali) kembali mengadakan kegiatan para puan berbincang part 3 dengan mengusung tema “Sosok Kepemimpinan Perempuan”. Kegiatan ini berlangsung secara daring melalui google meet pukul 15.00 WIB.
Kegiatan ini, menghadirkan 2 narasumber diantaranya Fitriana (Mahasantri Ma’had Aly Allatifiyah Salafiyah Parappe) dan Umi Mustami’ah (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Burhany Demak) dipandu oleh moderator yakni Rizky Amaliah dan Muna Zahiratun Naja sebagai MC. Keduanya merupakan perwakilan dari Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
KH. Marzuki Wahid, M.A selaku mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Cirebon dalam sambutannya menjelaskan, bahwasanya beliau sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena dapat menambah wawasan dan pemahaman bagi seluruh mahasantri mengenai isu-isu keperempuanan dan kepemimpinan wanita, apa saja konsekuensi bagi pemimpin wanita, dan bagaimana realitanya di dunia islam dan realita di masyarakat pada umumnya.
“Sekarang tidak lagi membahas boleh atau tidaknya perempuan menjadi pemimpin tapi bagaimana menyiapkan perempuan menjadi pemimpin yang baik menurut agama dan negara,” Tambahnya
Menurut narasumber yang kedua, yakni Umi Mustami’ah menegaskan bahwasanya kepemimpinan seorang perempuan itu sangat diperbolehkan apalagi di Indonesia sudah banyak bukti-bukti tetkait hal kepemimpinan perempuan. Seperti halnya kepemimpinan ibu Megawati sebagai seorang presiden RI pada tahun 2001-2004.
Tidak hanya itu di beberapa daerah juga sering ditemukan perempuan menjadi seorang pemimpin. Baik itu menjabat sebagai kepala sekolah, bupati, walikota dan lain sebagainya.
Kendati demikian, peremuan menjadi pemimpin tidak lantas terhindar dari berbagai ancaman ataupun kendala, diantanya yaitu :
- Gerak langkah perempuan tidak bisa luas. Maksudnya, perempuan tidak bisa mengikuti kegiatan di luar dengan bebas seperti halnya seorang laki-laki, apalagi ketika masih berada di lingkup pesantren, pasti gerak langkahnya sangat terbatas.
- Perempuan mudah baper. Karena wanita sering menggunakan perasaan sedangkan laki-laki lebih ke logika (pikiran).
Pada saat sesi tanya jawab, ada salah satu peserta yang mengajukan pertanyaan pada Narasumber yang kedua yakni, apa tips perempuan agar tidak mudah baper saat kepemimpinannya?
Mahasantri Ma’had Aly Nurul Burhany ini menjawab, “Tetep lanjutno, masio karo nangis” artinya tetap lanjutkan meskipun dengan tangisan. Perempuan ketika menjadi pemimpin dan dihadapkan dengan masalah, baik dengan angggota ataupun program kerjanya memang selalu mengedepankan perasaan, biasanya mereka meluapkan dengan cara menangis, hal itu memang sudah wajar, namun jangan menjadikan itu sebagai hambatan, tapi jadikan itu sebagai kekuatan untuk tetap terus melangkah dan maju kedepan.
Kontributor : Novarischa Mufianaghari
Editor : Syofiatul Hasanah