Blog

Santri Harus Tau Asal Usul Hari Santri dan Resolusi Jihad

Seminar Resolusi Jihad 2022 Tebuireng
Berita

Santri Harus Tau Asal Usul Hari Santri dan Resolusi Jihad

Seminar Nasional yang diadakan di Pesantren Tebuireng Jombang dalam rangka memperingati Hari Santri dan Resolusi Jihad, Kamis, (27/10/2022). Seminar ini mengusung tema “Refleksi  Resolusi Jihad bagi Kaum Milenial”. Bertempat di aula lt. 03 KH. M. Yusuf Hasyim, acara seminar berlangsung dari pukul 09.00 s/d 12.30 WIB. Seminar resolusi jihad ini juga disiarkan secara online melalui kanal Youtube Tebuireng Official.

Selain sambutan dari pengasuh Tebuireng, seminar nasional ini juga menghadirkan 3  narasumber, di antaranya Dr. KH. Irwan Masduqi, Lc., M.Hum. (Tokoh Muda Nahdlatul Ulama) selaku pembicara pertama, KH. Aizzuddin Abdurrahman (Ketua PBNU) sebagai pembicara kedua, Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghofur sebagai pembicara terakhir yang hadir langsung di Tebuireng.

Seminar ini juga dihadiri oleh dzurriyah Tebuireng, siswa-siswi, santri dan mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Peserta yang hadir pun antusias dan tertib hingga acara selesai.

Dalam sambutan pengasuh Pesantren Tebuireng, K.H. Abdul Hakim Mahfudz atau yang kerap disapa Gus Kikin menyampaikan, “Santri harus tau asal usulnya hari santri dan Resolusi Jihad, apalagi santri Tebuireng,” ujarnya.

Gus Kikin melanjutkan pemaparannya bahwa Hadratussyaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari sangat berperan penting dalam fatwa Resolusi Jihad. Hadratussyaikh sejak masa penjajahan sampai merdeka itu sangat berperan penting. Bahkan setelah merdeka ketika tentara Inggris dan Belanda datang lagi ke Indonesia, beliau masih memikirkan bagaimana caranya mempertahankan kemerdekaan bangsa ini. “Kondisi seperti inilah sepatutnya kita bersyukur atas perjuangan para pendahulu kita, bukan malah berbangga-banggaan,” papar Gus Kikin.

Atas dasar itu, kemudian di tahun 2015 pemerintahan presiden Joko Widodo menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional sekaligus mengenang Resolusi Jihad yang dilakukan oleh para ulama dan santri kala itu.

Pengasuh Pesantren Tebuireng  juga menyampaikan bukti syukur itulah Pesantren Tebuireng khususnya, merayakan hari santri dengan rangkaian acara dimulai dari 10 Oktober sampai 10 November kurang lebih ada 20 acara.

Dalam resolusi jihad, K.H. Hasyim Asy’ari tidak hanya mengajarkan akan pentingnya keilmuan. Beliau juga mengajarkan betapa pentingnya persatuan, sehingga dapat menyatukan para santri dan rakyat Indonesia dalam mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Kedua poin penting ini yang hingga kini direfleksikan oleh para santri dalam kehidupan sehari-hari.

Menanggapi soal resolusi jihad, Dr. KH. Irwan Masduqi, Lc., M.Hum menyampaikan, bahwa peran generasi milenial dalam merefleksikan resolusi jihad ini amatlah banyak. Seiring perkembangan zaman, resolusi yang dilakukan pun tentunya memiliki perbedaan.

Fenomena yang muncul di Indonesia, begitu banyak orang ingin merubah Indonesia menjadi negara khilafah, padahal dalilnya dhoif. Berita terbaru ada perempuan masuk ke istana negara membawa senjata api ingin menembak presiden dengan dalil agama. Jihad disalah artikan sehingga banyak perpecahan. Resolusi jihad yang di usung oleh KH. Hasyim Asy’ari bukan untuk melawan sesama melainkan untuk mempertahankan negara.

Menurutnya, santri-santri sekarang dapat berjihad melalui media sosial atau melalui platform-platform digital, para santri dapat berdakwah dan memperjuangkan agama sesuai bidang yang dimilikinya. Jika kita tidak bisa mengisi ruang digital maka akan diisi oleh golongan-golongan yang ingin memecah negera persatuan Indonesia.

Kontributor : Erik Lis Setiawan

Editor : Syofiatul Hasanah