Blog

Ilmu Tidak Seharusnya Dicari di China

Ilmu Tidak
Kajian Hadis

Ilmu Tidak Seharusnya Dicari di China

Pada  saat kita masih duduk di bangku SD atau sekolah menengah kita sering mendengar dan diajarkan tentang keutamaan mencari ilmu, tak salah memang itu semua sebagai pemacu semangat untuk mencari ilmu. Salah satu yang populer diajarkan tentang keutamaan mencari ilmu adalah hadis tentang mencari ilmu sampai negeri Cina.

Waktu itu mungkin kita belum terlalu banyak berpikir apa keistimewaan negeri tersebut sampai Rasulullah menyebut negeri tersebut untuk dicari ilmunya, tapi yang jelas semua siswa memiliki persepsi bahwa negeri Cina itu istimewa dan sangat patut dicari ilmunya ketika mendengar Hadis tentang keutamaan ilmu tersebut. Adapun hadis yang menyatakan tuntunan mencari ilmu sampai negeri Cina yakni :

اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ باِلصِّيْنِ

A. Terjemah Hadis

“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”

 

B. Hasil Takhrij

No Kitab Bab Halaman Juz No Hadis
1 Syu’abul Iman al Baihaqi Tuntutlah Ilmu Walupun sampai Negeri Cina 174 4 1612
2 Musnad Imam al Robi Bab tentang Mencari Ilmu dan keutamaanya 29 1 18
3 Akhbarul Ashbahan Dari Namanya Abdurrohman 376 7 40672

 

 C. Bagan Sanad

D. Tinjauan Hadis

Hadis mengenai menuntut ilmu sampai ke negeri Cina merupakan hadis yang masyhur dan tidak asing di kalangan banyak orang, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh penjuru dunia baik Arab maupun non-Arab.

Namun walaupun demikian mayoritas ulama menghukumi bahwa hadis ini merupakan hadis yang dhoif dari seluruh sanadnya. Imam ‘Ajluni menjelaskan dalam karyanya Kasyfu al-Khofa wa Mazilu al-Ilbas bahwa hadis ini tergolong dari hadis yang masyhur dikalangan manusia. Hadis ini disandarkan pada Imam Baihaqi, al-Khotib, Ibn ‘Abdil Barr, Imam Dailami dan lainnya yang semuanya mengacu kepada riwayat Anas. Dan beliau menegaskan bahwa hadis ini memang hadis dhoif. Bahkan Ibn Hibban menghukuminya sebagai hadis yang batil, juga Ibnul Jauzi menggolongkannya sebagai hadis yang maudhu (palsu).

Lain dengan Imam Mizzi yang mengatakan bahwa hadis ini memiliki banyak sanad walaupun semuanya dhoif, bisa naik derajatnya ke dalam hadis hasan. Pendapat ini dibantah oleh para ulama bahwa walaupun suatu hadis dhoif  ketika  memiliki banyak sanad tidak lantas menaikkan derajatnya ke dalam hadis hasan, karena riwayat tersebut mencakup perawi yang pembohong ataupun dicurigai bisa melakukan pemalsuan hadis.

Terlepas dari pandangan jumhur ulama akan kedhoifan hadis ini, jika kita mengandaikan hadis ini sebagai hadis sohih, maka tidak lantas juga hadis ini menjadi hujjah akan keutamaan dari negara Cina dan penduduknya. Karena yang dimaksudkan dalam hadis ini, jika memang benar yaitu dorongan atau motivasi untuk tetap mencari ilmu walaupun sampai ke negeri yang sangat jauh. Juga mungkin memang nisbat jauh ini dari tanah Arab dari negara Cina bukan lainnya dari segi letak geografis.

Dalam tinjauan lain, menafsirkan hadis ini jika pun memang sohih maka  ghoyah yang dipakai dalam redaksi hadis ini merupakan konotasi yang jelek atau kurang bagus. Dan memang semua kalimat yang memakai ghoyah memiliki konotasi yang kurang bagus. Di hadis Imam Malik misalnya yang juga menggunakan ghoyah memiliki konotasi yang kurang bagus.

التَمَسْ وَلَو خَاتمًا من حَدِيد

“Carilah, sekalipun cincin dari besi.”

Jadi dalam tinjauan kebahasaan, hadis anjuran mencari ilmu ke Cina  yang juga memakai ghoyah memiliki konotasi yang kurang bagus. Yang artinya ketika ditafsiri hadis ini memberikan setidaknya dua indikasi. Pertama, ilmu boleh dicari di Cina jika memang di sana ada ilmu. Kedua, ilmu itu memang tidak seharusnya dicari di Cina. Maka telah jelas dari beberapa tinjauan ini bahwa hadis ini tidak sama sekali menjelaskan atau bersangkutan dengan keunggulan dan keistimewaan dari negeri Cina.

 

D. Aktualisasi Hadis

Di zaman modern ini Cina merupakan salah satu negara dengan kekuatan super power. Kemajuan-kemajuan yang dicapai merata dalam berbagai segi mulai dari ekonomi, industri dan teknologi. Hal ini tidak terlepas dari peradaban Cina yang sudah menorehkan prestasi sejak beberapa kurun lamanya. Ya memang semua orang mengetahui bahwa Cina memiliki peradaban kokoh yang tidak hanya dibuktikan dengan bukti fisik semisal Tembok Raksasa atau dikenal dengan Great Wall, tapi dibuktikan juga dengan tradisi keilmuan yang diwarisi, dikembangkan, dan juga dipelihara secara baik, sebut saja tradisi filsafat Cina yang beragam, berkembang dan turun menurun seperti Konfusianisme, Taoisme, Yin Yang dll.

Ketika kita berbicara tentang peradaban, sesuatu yang tidak bisa terlewatkan yaitu mengenai agama atau kepercayaan. Peradaban yang memiliki dimensi dan makna yang luas sangat bergantung dan dipengaruhi oleh agama atau kepercayaan.

Kita bisa melihat bukti bahwa Islam yang datang di Arab, sebuah peradaban primitif,  yang merupakan persimpangan antara dua peradaban besar Yunani dan Persia bisa memberikan perubahan yang sangat besar, yang tak lama kemudian akhirnya terserap luas oleh  peradaban maju dengan pengaruh agama Islam.

Melihat Cina yang memiliki segudang pengetahuan memang sangat menakjubkan. Akan tetapi ilmu-ilmu yang ada di Cina bukan sama sekali prioritas dalam mencari Ilmu, untuk tidak mengatakan kita jangan belajar ilmu di Cina. Karena memang dalam Islam tidak mengenal pembedaan antara ilmu yang wajib atau tidak untuk dipelajari, akan tetapi ada yang masuk dalam tataran fardhu ain dan fardhu kifayah.

Dalam hal ini Cina yang pengetahuannya mencakup keilmuan fardhu kifayah seperti halnya Sains, Ekonomi, dll, bukan merupakan prioritas mencari ilmu bagi seorang muslim. Seorang muslim tentunya memliki taklif untuk belajar ilmu keagamaan dulu atau ranah fardhu ain sebelum menganjak mempelajari ilmu yang sifatnya bukan prioritas atau fardhu kifayah.