Blog

Maulid Nabi, Ekspresi Cinta yang Tidak Butuh Dalil

Maulid Nabi, Ekspresi Cinta Yang Tidak Butuh Dalil
Berita

Maulid Nabi, Ekspresi Cinta yang Tidak Butuh Dalil

Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) adakan Ta’dzim Maulid Nabi  Muhammad SAW. Sebagai acara perdana yang diadakan oleh pengurus baru asrama mahasantri MAHA, yang bertempat di kampus MAHA pada Kamis (19/11/2023). Maulid Nabi adalah ekspresi cinta kita pada Nabi Muhammad, sedangkan ekspresi cinta tidak  butuh dalil.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, acara dihadiri oleh KH. Abdul Latief Badjuri sebagai pembicara, Wakil Mudir bidang Kemahasantrian, Wakil Mudir bidang Akademik, juga para staff dosen dan pembina, serta para mahasantri.

Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan Maulid  Diba’ , kemudian dilanjutkan oleh sambutan serta Maidhotu Hasanah dan ditutup dengan doa.

Dalam sambutannya, Ustadz Dr. Mohamad Anang Firdaus, SA., M.Pd.I, selaku Wakil Mudir bidang akademik mengatakan: ” Maulidan adalah bukti bahwa kita ini (termasuk) rombongan dari para masyayikh  atau Kyai – Kyai sepuh (Jawa; tua) dahulu. Kyai sepuh Tebuireng, tidak ada yang tidak suka maulidan.”

Dari segi dalil, Madhaahih Nabawiyah adalah ekspresi cinta kita pada Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mana, ekspresi cinta tidak  butuh dalil.

KH. Abdul Latif Badjuri selaku pembicara mengatakan: “Jika kita cinta  kepada Kanjeng Nabi, minimal  senengo moco sholawat (Jawa, senanglah membaca sholawat). Shalawat adalah mendoakan Rasullullah, memang Rasulullah tidak butuh doa kita, namun karena kita cinta pada Rasulullah maka bershalawat adalah ekspresi kegembiraan kepada Baginda Nabi.”

Terakhir, Kyai Latief yang juga merupakan alumni Pondok Pesantren Tebuireng, memberikan beberapa nasihatnya kepada teman-teman mahasantri, antara lain sebagai berikut.

اجعل علمك ملحا  وادبك دقيقا

Jadikan ilmu seperti garam dan adabmu seperti tepung

Pada akhir Maidhotu Hasanahnya, Kyai Latief juga menyampaikan sebuah pitutur Jawa yang berbunyi: “Ngamalno ilmu ojo delok materi, mergo nek gelem ngamalne ilmu rezeki kita ditata pangeran. Yang artinya: “Mengamalkan ilmu janganlah melihat materi (biaya), karena jika kita mau mengamalkan ilmu, maka rezeki kita akan ditata (dijamin) oleh Tuhan.”

Kyai Latief juga menukil ungkapan dari Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, yang berbunyi: “Kalau ingin pinter, ketika Dosen atau Guru menerangkan, maka hati kita harus hadir dan konsentrasi pada guru. Kalau ingin ilmu manfaat, jangan sampai tidak senang pada guru, In Syaa Allah jika kita senang pada guru, maka kita akan memperoleh ilmu yang manfaat.”

“Merawat akal itu dengan diisi ilmu tentunya Minal Mahdi ila Lahdi. Yang bisa mengubah nasib itu ilmu, dengan Barakah doa orang tua.”

Kontributor      : Muhammad Fatkhun Ni’am

Editor              : Muhammad Hery Al-Fatih