Bak Uji Nyali, Ini Kesan Inspiratif Peserta Sidang Terbuka Skripsi
Bak Uji Nyali, Ini Kesan Inspiratif Peserta Sidang Terbuka Skripsi
Sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik mahasantri semester akhir, Sidang Terbuka Skripsi atau yang dikenal dengan Munaqasyah al-Risaalah al-Maftuuhah kembali digelar oleh Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA). Agenda bergengsi ini dibuka perdana pada Senin, (10/02/2025) mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB yang bertempat di Aula Lt. 2 MAHA. Setidaknya ada 6 mahasantri terpilih yang menjadi peserta Sidang. Beragam kesan inspiratif kemudian datang dari purnanya sidang para peserta tersebut.
Muhammad Fais As’ad, salah satu peserta Sidang Terbuka Skripsi MAHA mengungkapkan beberapa tantangan yang dia hadapi. “Sidang Terbuka sendiri memang agak berbeda daripada Sidang Tertutup. Salah satunya saat saya diminta membuat power point (PPT) untuk bahan presentasi, kemudian saya diberi waktu hanya 10 menit untuk mempresentasikannya, harus ringkas tetapi komprehensif, apalagi penyampaiannya wajib full berbahasa arab. Semua itu menjadi tantangan tersendiri untuk saya pribadi,” ungkapnya.
Fais melanjutkan bahwa tekanan terberat yang dialaminya saat sidang adalah tekanan akademik dan mental. Dirinya bilang, “Skripsi saya kebetulan sedikit banyak mengutip kajian ushul fiqh di dalamnya, dan diujikan di depan KH. Roziqi yang notabene beliau adalah ahli dan alim dalam fan ini. Jadi wajar jika beliau banyak menemukan celah-celah di dalam skripsi saya saat sidang.”
“Ditambah, di sini pengujinya pun juga datang dari eksternal kampus. Kebetulan al-Mumtahin al-Khaariji (Penguji Eksternal) saya adalah Prof. Atabik dari IAIN Kudus. Suasana ujian bertambah menggetarkan karena dibuka untuk umum, tandanya siapapun boleh melihatnya secara langsung, baik datang langsung ke Majelis atau via Meeting Zoom yang bisa diakses oleh siapapun,” pungkas Fais.
Hal yang sama juga dialami oleh peserta lainnya. Seperti yang dialami Ahmad Fadlan Al-Jabbar, dirinya bahkan mempersiapkan penampilannya sendiri terlebih dahulu sebelum menghadapi pertanyaan kritis para penguji.
“Memang, para penguji sudah diketahui sedari awal, sehingga saya kira pertanyaan mereka dapat diprediksi sesuai spesialisasi masing-masing. Namun ternyata tidak demikian, apa yang ditanyakan para penguji saat sidang sangat mind blowing, akibatnya sulit ditebak. Akhirnya, saya rasa yang harus dipersiapkan betul sejak jauh-jauh hari adalah penguasaan materi, mental, dan bahasa. Jika tiga hal ini diasah dengan matang, Sidang Terbuka MAHA sedikit banyak tidak akan semengerikan yang saya bayangkan dahulu,” ungkap mahasantri semester akhir tersebut.
Sidang Terbuka Skripsi MAHA mendatangkan beberapa dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus sebagai penguji eksternal. Tercatat ada tiga dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus, Prof. Dr. H. Atabik, Lc., MSI., Muhammad Misbah, Lc., M.Hum., dan Dr. Mukhammad Agus Zuhurul Fuqohak, MSI. yang diikutsertakan untuk menguji para peserta sidang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk implementasi dari Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) antara IAIN Kudus dan MAHA.
Mudir MAHA, Dr. KH. Achmad Roziqi, Lc., M.H.I. mengatakan, “Kolaborasi ini memberikan wawasan baru bagi para mahasantri dan memperkuat jaringan akademik antara pesantren dan perguruan tinggi Islam.” Ungkapan hangat dari Mudir ini dikutip dari website Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus.
Kontributor: Syifa’ Q.