Buku “Kiai Sufi”, Buah Kesabaran Seorang Mahasantri Semester 5 MAHA
Buku “Kiai Sufi”, Buah Kesabaran Seorang Mahasantri Semester 5 MAHA
Senin (23/09/24), Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA) MAHA sukses menggelar acara Bedah Buku Kiai Sufi : Pecinta Al-Qur’an dan Nabi yang Patut Diteladani. Buku yang ditulis oleh dosen MAHA, Dr. Mohamad Anang Firdaus, S.A., M.Pd.I. ini membutuhkan waktu 2 tahun dalam proses penulisannya. Kerennya, buku Dr. Anang tersebut menjadi salah satu buku best seller pustaka Tebuireng, telah naik cetak 3 kali, serta pernah laku hampir 1000 eksemplar dalam waktu kurang dari 1 bulan.
Dalam acara yang diprakarsai oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) DEMA tersebut juga dihadiri oleh Dr. Ubaydi Hasbillah dan Kepala Tata Usaha MAHA, Ustadz Masnun Muhammad, S.A., M.H.I. serta segenap mahasantri MAHA. Bertempat di lobi MAHA, dalam sambutannya, Dr. Ubaydi memuji kegigihan serta kerja keras Dr. Anang dalam proses penulisan karyanya tersebut. “Ini merupakan suatu kebanggaan bagi MAHA. Kita memiliki seorang doktor muda berpotensi dan jujur. Di tengah-tengah kesibukannya, Dr. Anang masih sempat menulis buku luar biasa yang berjudul ‘Kiai Sufi’ ini,” ungkap Dr. Ubaydi.
Uniknya, Dr. Anang sebagai penulis menerangkan bahwa buku yang berisi berbagai hal mengenai KH. Adlan Aly tersebut telah beliau susun sejak duduk di bangku semester 5 dahulu di MAHA, tepatnya pada tahun 2011 silam. “Saya menulis ini mulai semester 5 jadi mahasantri MAHA. Butuh waktu 2 tahun untuk menyelesaikan karya saya satu ini,” tuturnya.
Faktor sedikitnya data tentang KH. Adlan Aly melatarbelakangi sulitnya penulisan buku Dr. Anang. Menurut Dr. Anang, KH. Adlan Aly merupakan kiai yang begitu masyhur di Jawa Timur, namun data mengenai beliau hanya sebatas tradisi antar lisan dan sedikit sekali data khusus yang mengabadikan KH. Adlan Aly. “Saya hanya menemukan data sebatas tradisi lisan saja mengenai KH. Adlan. Karena hal inilah pula yang mengharuskan saya sowan kepada murid-murid Hadratussyaikh dan kiai-kiai besar lainnya untuk mengeruk lebih dalam sosok KH. Adlan Aly,” terang Dr. Anang.
Dalam perjalanan penulisan bukunya tersebut, Dr. Anang mengakui banyak pengalaman berharga yang beliau dapatkan. Salah satunya adalah dapat didampingi langsung oleh KH. Salahuddin Wahid dengan metode Learning by Doing, yakni dengan menyetor hasil kerja atau tulisan untuk dikoreksi pada tiap minggunya. Dr. Anang mengatakan, “Pada saat itu, saat saya di semester 5, tiap minggu saya sowan ke ndalem beliau (KH. Salahuddin Wahid). Beliau kemudian mengkoreksi dan memantau progres saya saat itu”.
Di akhir, Dr. Anang juga memaparkan nilai-nilai yang perlu diteladani dari sosok KH. Adlan Aly. Dr. Anang mengatakan bahwa kesalehan KH. Adlan Aly membuat Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari jatuh hati kepadanya.
“Yang pertama, kemampuan beliau (KH. Adlan Aly) sebagai seorang Ahli al-Qur’an. Hadratussyaikh begitu mencintai penghafal al-Qur’an, bisa dilihat dari menantu-menantunya yang merupakan para penghafal al-Qur’an. Yang kedua, KH. Adlan selalu mengorientasikan segala kegiatannya untuk tujuan beribadah. Artinya, segala perbuatan KH. Adlan, beliau niatkan untuk ibadah dan karena Allah Swt. semata,” pungkas Dr. Anang mengakhiri.
Kontributor: Naffisa
Editor: Syifa’