Refleksi Hari Santri, Mudir Ajak Mahasantri Menapaki Jejak Kiai
Refleksi Hari Santri, Mudir Ajak Mahasantri Menapaki Jejak Kiai
Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng (MAHA) melalui Kementerian dalam Negeri (Mendagri) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan (Menpawa) sukses gelar “Refleksi Hari Santri” yang bertempat di Aula Lantai 1 MAHA. Kegiatan ini dihadiri oleh civitas akademika MAHA, segenap mahasantri, serta beberapa tamu undangan.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua Panitia, Ambarwati Ardinigrum yang menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi. Arum, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa tema “Menguatkan Peran Pesantren di Tengah Krisis Kepercayaan dan Tantangan Zaman” dipilih sebagai bentuk kepedulian terhadap marwah pesantren di tengah berbagai isu negatif.
قالت, فِي هٰذِهِ الْمُنَاسَبَةِ، نَرْفَعُ شِعَارَ “تَعْزِيزُ مَكَانَةِ الْمَعْهَدِ فِي وَسَطِ أَزْمَةِ الثِّقَةِ وَتَحَدِّيَاتِ الزَّمَانِ”. وَقَدِ اخْتَرْنَا هٰذَا الْمَوْضُوعَ تَعْبِيرًا عَنْ قَلَقِنَا نَحْوَ مَا يَمُرُّ بِهِ الْعَالَمُ الْمَعْهَدِيُّ فِي هٰذِهِ الْأَيَّام
Sambutan kedua disampaikan oleh Dimas Setyo Nugroho, selaku Ketua DEMA. Dimas menjelaskan bahwa acara ini merupakan gabungan dari dua program DEMA, yaitu Diskusi Ilmiah dan Seminar Keperempuanan. Kesamaan tujuan dan tema antar program yang di bawahi oleh Mendagri dan Menpawa tersebutlah yang melatar belakangi pelaksanaan tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu yang sama.
Sambutan terakhir disampaikan oleh Dr. H. Achmad Roziqi, Lc., M.HI., selaku Mudir MAHA. Menurut beliau pelaksanaan Refleksi Hari Santri ini sangat tepat kerena bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Selain itu, acara ini juga mengingatkan kembali bahwa sejatinya seorang santri senantiasa mengikuti jejak kiainya.
إن هذا الصباح فرصة نفيسة وهي فرصة تذكرتنا لهويتنا، من نحن؟ فنقول نحن “سانتري” فباسم “سانتري” فعلينا اتباع كياهي فكل من سمى نفسه “سانتري” ولم يتبع كياهي فهي دعوى خالية عن الدليل. فهي مجرد دعوى بلا دليل، وهي دعوى كاذبة
Melalui acara Refleksi Hari Santri ini mengingatkan kembali apakah kita sudah mengikuti jejak kiai atau justru sebaliknya. Refleksi tidak dapat dilakukan jika saja santri tidak ittiba’ kepada kiai. Salah satu cara ittiba‘ kiai adalah dengan mempelajari perjalanan hidup para kiai, di antaranya dalam konteks Hari Santri adalah melihat peran nyata kiai dan santri dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan,
فالتذكرة ليوم “سانتري” هي تذكرة لأنفسنا. هل نحن نتبع العلماء أو نخالفهم؟ فالسؤال بعد ذالك, كيف نتبع العلماء؟ وكيف نتبع المشايخ؟ وكيف نتبع الكياهي؟ فلإجابة أولا علينا بمعرفة سيرتهم, فبعدم معرفة سيرة العلماء, لا نستطيع أي نقتديبهم, فكيف نقتدي إن لم نعرف سيرة العلماء. لذالك فعلينا أن نقرأ قراءة كثيرة عميقة لسيرة علمائنا
Menurutnya, ittiba’ kepada masyayikh sama saja dengan ittiba’ kepada Nabi Muhammad saw. karena ulama merupakan pewaris Nabi saw. Lebih lanjut, jika tidak ittiba’ kepada ulama, maka secara tidak langsung ia termasuk meninggalkan Nabi saw. Sejatinya para kiai dan ulama’ di pesantren mereka telah melestarikan dan menanamkan ilmu agama yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. sejak dulu.
إن اتبعنا المشايخ أو العلماء فهو الإتباع بأسوة حبيببنا وشفيعنا سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم. لأن النبي قد قال العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِياء, فإن لم نتبعهم ففي الحقيقة نترك سيرة رسول الله فنترك أسوة رسول صلى الله عليه وسلم
Memasuki acara inti, kegiatan ini menghadirkan Dr. H. M. Anang Firdaus, S.Ag., M.Pd.I sebagai pemateri dengan topik pembahasan“Mengintip Pesantren dari Pecahan Kulitnya”, yang menyoroti nilai adab dan keikhlasan di balik tradisi pesantren. Selain itu, turut hadir sebagai pemateri, Ning Ema Rahmawati, S.Fil., M.A. dengan topik pembahasan “Mengokohkan Marwah Pesantren di Tengah Krisis Kepercayaan dan Tantangan Zaman”, yang menegaskan akan pentingnya keadilan, kesetaraan, dan perlindungan di pesantren.
Diskusi berlangsung hangat dengan partisipasi aktif mahasantri. Kegiatan berakhir pukul 11.30 WIB, ditutup dengan harapan agar nilai ilmu, akhlak, dan amanah terus dijaga demi kejayaan pesantren sebagai benteng moral bangsa.
Kontributor: Siti Fatih Via Rindra
