Blog

Apakah Masyarakat Kontemporer Butuh Hadis?

Whatsapp Image 2023 11 18 At 21.53.10
Berita

Apakah Masyarakat Kontemporer Butuh Hadis?

Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) adakan acara Studium Generale bertema “Paradigma Kajian Hadis Multidisipliner dalam Menanggapi Isu-Isu Kontemporer” yang berlangsung pada hari Sabtu (18/11/2023), dan bertempat di Lobi MAHA.

Acara ini merupakan acara rutinan setiap satu tahun sekali. Dalam acara ini, selain mengundang seluruh mahasantri baik M1 maupun M2, panitia juga mengundang para dosen MAHA, perwakilan unit se-Tebuireng dan pondok sekitar. Acara ini terkesan sangat istimewa karena dihadiri langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz. Dan tak kalah istimewa, bahwasannya acara ini menghadirkan dua narasumber, yakni Prof. Dr. H. M. Anton Athoillah, M.M dan Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA. Hum.

Sebelum masuk pada acara inti, Ketua DEMA, Farhan Syah Putra menyampaikan, bahwasanya saat ini paradigma kajian hadis mengalami pergeseran, paradigma kajian hadis klasik berbeda dengan paradigma kajian hadis kontemporer. Meminjam istilah dari Syaikh Yusuf Qarddhawi beliau mengatakan: “Bahwasannya hadis memiliki karateristik As-Syumuli. Hadis tidak hanya menyentuh pada hal-hal yang transcendental, tapi juga menyentuh pada hal-hal yang horizontal.”

“Kita sebagai pelajar takhasus hadis harus mampu menjawab persoalan ini, maka dari itu adanya panggung ini,” jelasnya.

Dalam pemaparannya, Dr. Anton selaku narasumber pertama menyampaikan bahwa tugas kita sebagai para pelajar hadis harus terlibat dalam al-muhafadzah ‘alal qadim as-salih dan melhirkan al-jadid al-aslah, bukan hanya sekedar al-jadid al-aslah tapi juga berkontribusi bagi kehidupan kemanusiaan. Dan tak hanya itu, beliau juga memberi cara bagaimana mengimplementasikan kajian hadis multidisipliner, yaitu injektif, responsif, dan kolaboratif, yang pastinya harus berangkat dari kajian fiqh al-hadis.

Darbil Hasyimi : paradigma multidisipliner kajian hadis di MAHA, konsep MAHA oleh Dr. Ubayd selaku narasumber kedua, yang mana kata ‘Darb’ dulu dipakai oleh bangsa Romawi yang artinya gerbang yang sangat luas. Artinya, sekali masuk lewat MAHA, terbuka semua pintu keilmuan.

Beliau juga memaparkan, bahwa “Saat ini peminat hadis sangat menurun, apakah masyarakat kontemporer tidak butuh hadis? Dilihat dari grafiknya yang menurun, kelihatannya ternyata mereka tidak butuh. Di luar sana banyak yang menggunakan hadis untuk cocokologi, sebagai konten medsos dan lainnya.Dari sini tugas kita terlihat jelas,bagaimana caranya untuk mendisiplinkan kalau masyarakat kontemporer itu aslinya butuh hadis.”

Beliau menyimpulkan bahwa, “Kebutuhan terhadap nama Rasulullah SAW itu akan selalu sangat tinggi dan relevan sepanjang zaman, hanya saja pola, warna, rupa, dan medianya saja yang berubah.Dengan demikian, disipliner memang dibutuhkan.”

“Mayoritas ulama hadis tidak sepakat bahwa ilmu lain digunakan sebagai tolak ukur ke-Sahihan hadis, meski ada beberapa imam yang menyatakan bahwa ilmu terebut berdampak pada ke-Sahihan hadis,” jawaban Dr. Ubayd atas pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu mahasantri.

Setelah kedua para narasumber menjawab berbagai pertanyaan, Ustadz Rizky Syahrul selaku moderator mengakhiri acara tersebut dengan foto bersama dan diikuti pembagian hadiah agustusan oleh panitia.

Kontributor : Irma Khumairoh Nurdin

Editor : Muhammad Hery Al-Fatih