Kontinuitas Semangat Juang KH Hasyim Asy’ari dalam Diri Mahasantri
Kontinuitas Semangat Juang KH Hasyim Asy’ari dalam Diri Mahasantri
Di samping nilai keagamaan, nilai kebangsaan juga merupakan identitas yang tak kalah penting bagi Mahasantri. Dalam rangka memperingati HUT RI ke-76 dan tahun baru Islam 1443 H, Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari mengadakan pengajian umum bertema, “Kontemplasi Nilai Kemerdekaan dalam Meningkatkan Semangat Juang Mahasantri” sebagai pemungkas dari serangkaian acara perlombaan. Pengajian ini diadakan secara offline yang bertempat di masjid Pondok Pesantren Tebuireng dan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan Youtube. Senin (30/08/2021).
Berangkat dari tema yang diangkat, Ustad Mashur sebagai pemateri mengajak peserta yang hadir, khususnya Mahasantri supaya mengobservasi diri seberapa jauh semangat Hadratussyaikh tertanam dalam jiwa kita. “Sudahkah kita memiliki semangat dan keberanian seperti Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari?” tanya dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari ini.
Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari sebagai potrait salah satu ulama’ yang memiliki idealisme kuat dalam bertekat untuk membebaskan bangsa dari kolonial penjajah.Tentunya, tekat yang tidak biasa ini membutuhkan komponen berupa kesiapan berkorban jiwa. harta, dan tenaga yang harus dipenuhi untuk dapat terwujud.
Mahasantri Milenial yang lahir pada dimensi waktu yang tidak sama dengan zaman kolonial, dengan semua fasilitas yang telah terpenuhi dan akses pendidikan yang mudah terjangkau, sudah menjadi kewajibannya untuk mengaktualisasikan semangat para pejuang kemerdekaan dalam tafaqqah fiddin danberamal salih, sebagai tanda bahwa ia memiliki kualitas keimanan dan keilmuan yang bagus.
Mahasantri harus mengambil peran yang dapat memberikan dampak positif bagi Republik Indonesia, terlebih dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebagaimana peran Hadratussyaikh dalam membangkitkan semangat umat Islam di Indonesia dengan resolusi jihadnya.
Dengan demikian, observasi diri dinilai penting untuk menjadi jeli dalam melihat kotoran hati. Mau mengakui kekurangan diri sendiri, secara sadar melihat apa yang terlihat di dalam hati, menumbuhkan kesadaran dengan disertai dzikir, untuk kemudian menyiapkan diri dalam meneladani Hadratussyaikh. “Berilmu, berakhlak mulia, berperan, dan berjasa untuk umat manusia, khususnya bangsa Indonesia,” pungkasnya. (Himmayatul Husna)