Satu Abad NU, Dengan Apa Ma’had Aly Tebuireng Merayakan?
Satu Abad NU, Dengan Apa Ma’had Aly Tebuireng Merayakan?
Bertepatan dengan peringatan Satu Abad NU (Nahdlatul Ulama’), Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng merayakan Diskusi Ilmiah Pemikiran KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan Launching Program Hasyimian. Sebagai bentuk revitalisasi kaum mahasantri dalam mengkaji dan mengamalkan ke-Nu an khususnya pemikiran Hadratussyaikh M Hasyim Asy’ari. Acara ini dihadiri oleh sejumlah mahasantri dan alumni Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang dimulai pada pukul 07.30 – 11.00, Selasa 07/02/2023.
Acara yang bertempat di aula lantai satu Mahad Aly Hasyim Asy’ari ini dilatarbelakangi oleh minimnya literasi membaca dan pengkajian terhadap pemikiran KH M Hasyim Asy’ari, khususnya di kalangan mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari sendiri.
“Kalau kita ke Mbah Hasyim nya, sebutan KH. M. Hasyim Asyari saja tidak kenal, terus kita ikut jalannya Mbah Hasyim, yo mesti ke sasar,” ujar Ustadz Viki Junianto, Kepala Perpustakaan Ma’had Aly tebuireng sekaligus moderator acara tersebut.
Untuk menghindari maraknya kesalahpahaman yang telah terjadi, seperti halnya fitnahan Yasir Hasan Al-Idris kepada Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari terkait mengingkari keras adanya perayaan Maulid Nabi beberapa minggu lalu. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman dalam mengkaji pemikiran Mbah Hasyim. Maka dibentuklah Program Hasyimian sebagai wadah pengkajian pemikiran KH M Hasyim Asy’ari. Sebagaimana pada teori filsafat yang menyebut Hegelian pada pengikut Hegel, maka program ini dinamakan Hasyimian sebagai pengikut Mbah Hasyim. Hasyimian beranggotakan mahasantri dan alumni Mahad Aly Hasyim Asy’ari dengan beberapa program di dalamnya.
Peserta tampak antusias saat KH Achmad Roziki, Mudir Ma’had Aly Hasyim Asyari sebagai pemateri pertama menjelaskan beberapa pemikiran Hadratussyaikh M Hasyim Asyari. Dalam pandangannya, Hadratussyaikh merupakan sosok ulama yang perfect (sempurna). Dalam artian semua kapasitas keilmuan masuk dalam kajian Hadratussyaikh, baik dalam aspek fikih, tauhid, hadis, tasawuf, teologi, pendidikan, pergerakan, maupun ekonomi. Sehingga menjadi peluang yang sangat besar untuk wadah hasyimian mengkaji ilmu-ilmu Mbah Hasyim.
“Menurut saya tantangannya adalah kemampuan dan kemauan,” ujarnya.
Dalam perkataannya ditambahkan bahwa tidak sedikit seseorang sukses lahir dari karya Mbah Hasyim, seperti halnya Ustadz Abdul Somad (UAS) yang meraih gelar doctor dengan predikat Camlaude di Sudan atas disertasi yang berjudul “Kontribusi Hadratussyaikh M Hasyim As’ari dalam Penyebaran Hadis di Indonesia. Disusul Latiful Khuluq yang meraih gelar magister di Kanada tentang Hadratussyaikh dan pergerakan kebangsaan, serta masih banyak lagi ilmuwan yang berangkat dari karya KH M Hasyim Asy’ari.
Kemudian Ustad Syahrul Ramadhan sebagai narasumber kedua, menjelaskan pentingnya menggunakan analisis SWOT terhadap program Hasyimian agar berjalan lebih baik ke depannya, bagaimana cara mengaplikasikan antara kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal pada program Hasyimian, yang telah dirinci dalam sebuah Ms. Power Point. Sehingga dapat menyusun strategi dengan beberapa rumusan agar program Hasyimian berjalan dengan baik.
Kontributor : Yusi Nur Laili K.
Editor : Syofiatul Hasanah