Blog

Urgensi Ma’had Aly dalam Pengkaderan Ulama

Background Penyerahan SK Pendirian
Artikel Dosen

Urgensi Ma’had Aly dalam Pengkaderan Ulama

Oleh: Dr. Jamaludin Achmad Kholik, Lc. MA.*

Nama Ma’had Aly Tebuireng tidak asing lagi di kalangan pesantren, ibarat Kawah Candradimuka yang memproduk para ulama dan da’i, sebuah benteng keilmuan Islam tempat para santri dari berbagai penjuru negeri menuntut ilmu. Tidak dipungkiri betapa besar peran Ma’had Aly dalam menjaga kemurnian ilmu-ilmu Islam.

Sistem belajar di Ma’had Aly cukup beda dibandingkan dengan sistem pengajaran yang ada di perguruan tinggi di Indonesia pada umumnya, misalnya bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Arab, dosen-dosennya juga rata-rata alumni Timur Tengah atau yang berafiliasi ke Timur Tengah. Ini mendukung penguasaan ilmu-ilmu syar’i yang kebanyakan bersumber pada kitab-kitab yang berbahasa Arab.

Dukungan yang kuat dari pimpinan Pesantren Tebuireng membuat Ma’had Aly semakin mempunyai kepercayaan diri. Di saat beberapa ma’had aly di tempat lain berguguran atau kalau tidak la yamutu wa la yahya, Ma’had Aly Tebuireng justru semakin eksis. Ini menunjukkan kekompakan dari para stakeholder untuk membesarkan Ma’had Aly.

Eksisnya lembaga Islam ini dari tahun ke tahun merupakan prestasi yang bisa diacungi jempol. Hal ini menunjukkan bahwa Ma’had Aly sangat dibutuhkan oleh umat. Meskipun dalam perkembangannya mengalami pasang surut, sehingga perlu diadakan evaluasi yang konstruktif demi tegaknya risalah Islam di bumi nusantara ini.

Agar kualitas output Ma’had Aly semakin diperhitungkan di masyarakat, tentunya perlu diadakan pembaharuan demi pembaharuan. Ini tidak lepas dari inovasi-inovasi Mudir Ma’had Aly untuk pengembangannya, baik sisi manajemen maupun sistem belajar mengajarnya. Ini bisa melalui studi banding ke perguruan tinggi yang maju baik di dalam maupun luar negeri. Karena tidak ada jeleknya kalau kita mau belajar dari orang lain, barangkali ada hal-hal baik yang bisa kita terapkan pada lembaga kita.

Ma’had Aly mempunyai tiga karakteristik: jami’ah (universitas tempat ilmu dan pengetahuan), jami’an (tempat ibadah dan mendidik), dan jam’iyyah (tempat berdakwah dan reformasi). Ketiga unsur ini mesti dijalankan semuanya, kita harus mendalami ilmu, berdakwah, dan melakukan reformasi. Di saat melihat kemungkaran tidak selayaknya kita tinggal diam, tapi harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk membasmi kemungkaran tersebut. Demikian halnya ketika melihat kewajiban diabaikan, dengan keimanan kita berusaha agar kewajiban tersebut dilaksanakan dengan benar, baik yang kita hadapi itu masyarakat maupun penguasa. Tentunya dengan memahami fikih dakwah secara baik, agar usaha yang kita lakukan berhasil dengan gemilang.

Jadi, di samping mempunyai misi untuk mencetak para ulama, Ma’had Aly harus melakukan kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat, baik secara lembaga maupun secara individu dari para alumninya sendiri.

Ma’had Aly berkewajiban menerangi orang-orang awam, dengan mengajarkan Islam yang murni dan bersih dari ajaran-ajaran yang menyesatkan, mengajari untuk memiliki akhlak yang mulia, menanamkan ghirah terhadap agama, ‘izzah dengan agama Islam dan mengajari ta’alim Islam lainnya, tentunya dengan hikmah dan mau’idzah hasanah. Ma’had ‘Aly juga berkewajiban mengarahkan orang-orang berpendidikan agar tidak tergelincir ke dalam pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Karena tidak sedikit orang yang ilmu agamanya segunung, bukannya semakin dekat dengan agamanya, tapi justru semakin jauh dengan agamanya, bahkan ada yang seakan membenci Islam dengan melontarkan statemen-statemen yang menyudutkan Islam.

Oleh karena itu, para thâlibul ‘ilmi yang sedang menimba ilmu di ‘Kawah Candradimuka’ ini perlu berpacu dalam menggali khazanah ilmu-ilmu syariah semaksimal mungkin, sebagaimana jejak para ulama terdahulu. Santri-santri Ma’had ‘Aly harus bisa menjadi penerang bagi masyarakatnya, seperti halnya lilin kita harus rela untuk lebur dan terbakar demi risalah Al-Qur’an tuk menerangi jalan manusia menuju surga, dan menunjukkan jalan orang-orang yang kebingungan untuk menuju jalan Allah. Tugas kita adalah tugas yang paling mulia, tugas yang diemban oleh para nabi dan rasul, yaitu berdakwah menyeru manusia ke jalan Allah ‘ala bashirah. Ini sesuai dengan konsep Imam Ghazali bahwa yang disebut al-‘ilmu an-nafi’ (ilmu yang bermanfaat) adalah ilmu yang bisa menyinari dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya.

 Kalau ada yang belajar di Ma’had ‘Aly hanya untuk memperoleh ijazah, sungguh tidak memahami risalah Ma’had ‘Aly, bahkan ia akan merugi, karena Rasululah bersabda, “Barang siapa hijrah dengan tujuan untuk mendapatkan dunia atau mendapat perempuan yang bisa dinikahinya, maka hijrahnya hanya akan mendapatkan apa yang ia inginkan”. Wama taufiqi illa billah ‘alaihi tawakkaltu wailaihi unib.


Tulisan ini dimuat dalam MAHA Media edisi wisuda tahun 2016