Ilmu dan Sanad Perspektif Syeikh Yasir bis Salim As-Syuhairi
Ilmu dan Sanad Perspektif Syeikh Yasir bis Salim As-Syuhairi
Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng kembali kedatangan tamu dari Yaman yaitu Syekh Dr. Yasir bin Salim As-Syuhairi. Rabu, (07/09/2022). Kedatangan ini disambut dengan mengadakan acara muhadharah ammah dan pemberian ijazah sanad sekaligus berbagi ilmu terkait pentingnya ilmu dan sanad. Acara ini dilakukan secara offline di aula kampus Ma’had aly Hasyim Asy’ari serta dihadiri oleh seluruh mahasantri.
Di awal muhadoroh ini Syekh Yasir membuka dengan sebuah hadis الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالى : يرحم من فى الارض يرحمكم من فى السماء. Sesungguhnya ilmu itu adalah mengasihi terhadap pemiliknya. Dan bahwasanya nabi Saw. diutus atas beberapa perkara dan salah satunya adalah rahmat, bertendensi dengan dalil : وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين. Dan termasuk juga bagian dari pada rahmat ini adalah akhlakul karimah. Sebagaimana sabda nabi: إنما بعثت لأتمم مكارم الاخلاق، dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa murid dan guru harus bisa menanamkan sikap saling mengasihi.
Selanjutnya beliau menjelaskan kehujahan kitab Safinatun Najah, karena sekarang orang-orang Wahabi menyebut kitab ini sebagai سفينة الغراق ) ) perahu yang tenggelam. Dan ini tidak masuk akal, karena didalam kitab ini tidaklah jauh dari Al-Qur’an dan As-sunah. Selain itu, kitab ini juga menjelaskan fiqih syafi’iyah. Perlu diketahui sesungguhnya mazhab Syafi’i adalah mazhab paling utama dan jelas, yang mana seluruh penjelasannya itu diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Kemudian syekh Yasir juga menjelaskan Rihlah Tholabul ‘Ilminya imam Syafi’i, bahwa beliau mengambil ilmu ushul dan fiqh talaqqi kepada Syekh Muslim bin Kholid Az-Zindy, kemudian kepada gurunya Ato’ bin Robah, kemudian kepada gurunya lagi Ali bin Abi Thalib dan Ibnu ‘Abbas sampai ke Rasullullah Saw. Setelah Imam Syafi’i mengambil ilmu dari rantai sanad yang jelas yaitu dari Syekh Muslim bin Kholid az-Zidny ini, beliau sangat mumpuni dan menguasai terhadap ilmu yang telah diajarkan, lalu gurunya membolehkan ia untuk berfatwa dan mengajar.
Setelah itu beliau pindah ke kota Madinah dan pergi kepada imam Malik (Mazhab Maliki), untuk beristifadah mengambil ilmu darinya, dan ilmu ini belum ada sebelumnya yaitu ilmu fiqh hadis. Dalam majelisnya imam Maliki mengajarkan, bagaimana beristinbat atau menampakkan hukum-hukum syari’at itu dari nas-nas Al-quran dan Sunnah.
Imam Syafi’i beliau menghafal kitab muwatta karangan imam Malik selama 9 malam, kemudian imam Malik merasa takjub atau kagum. Berkata imam Syafi’i : “Maka merasa kagumlah atau ta’jublah imam Malik atas apa yang dibaca imam Syafi’i dihadapannya dengan hafalannya”. Dan imam Syafi’i tetap memperhatikan sanad dari guru yang ia ambil ilmu darinya. Imam Malik merupakan muridnya imam Naafi’ dan Nafi’ muridnya Ibnu Umar dan Ibnu Umar muridnya Nabi Muhammad Saw.
Dan setelah Rihlah Tholabul ‘Ilmi yang panjang ini Imam Syafi’i telah menguasai banyak dari pada ilmu maka semua ulama di zamannya mengakui kealimannya. Dan mendapatkan gelar penyebar Sunnah. Kemudian Ahmad Syakir pentahqiq kitab risalah, menjelaskan mengapa Imam Syafi’i mendapatkan gelar tersebut: “Siapa yang membaca kitab risalah maka ia akan tahu secara yakin bahwa imam Syafi’i adalah orang pertama yang menyusun kitab didalam ilmu hadis”. Dan orang pertama yang menjadikan Sunnah sebagai sumber kedua di dalam syari’at setelah Al-Qur’an dengan menyajikan dalil-dalil didalamnya. Kitab beliau yang membahas ilmu fiqih tidak terlepas dari Alquran, Sunnah, dan juga orang yang menjadikan Ijma’ sebagai salah satu dari hukum syariat. Dan metode beliau dalam mengambil hukum dari nash-nash banyak dipakai para ulama setelahnya.
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya oleh anaknya: wahai ayahku kenapa engkau setelah sholat selalu memanggil nama Syafi’i, emangnya siapa Syafi’i ini, sedangkan engkau adalah Ahmad bin Hambal imam pendiri mazhab Hambali?, maka imam Hambali berkata kepada anaknya: ” apakah engkau melihat matahari itu menyinari dunia dan Allah menciptakan kesembuhan terhadap org yg sakit?, maka seperti inilah imam Syafi’i!!”, Pikiran kita ini seperti gembok yg terkunci dengan keamanan yg terbaik, jika datang Syafi’i maka ia akan membukanya.
Kontributor: Edi Massolihin
Editor : Syofiatul Hasanah