Mahasantri PBSB Ikuti Persiapan Studi bersama Kemenag
Mahasantri PBSB Ikuti Persiapan Studi bersama Kemenag
Senin, 19 Agustus 2024, Kementerian Agama (Kemenag) gelar acara persiapan studi dan matrikulasi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang diperuntukkan untuk seluruh mahasiswa penerima beasiswa santri berprestasi Tahun 2024 se-Indonesia. Acara yang bertempat di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut diikuti oleh seluruh perguruan tinggi mitra PBSB, baik offline maupun via zoom meeting. Di antara peserta kegiatan tersebut adalah mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) penerima PBSB Tahun 2024 melalui virtual zoom.
Turut Hadir dalam acara tersebut Direktur Jendral pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof. Dr. Abu Rokhmad, M.Ag, Direktur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Bapak ir. Dwi Larso, MSIE, PH.D., serta Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama yakni bapak Dr. Basnang Said, M.Ag. Hadir pula segenap dekan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan seluruh Mahasantri Penerima PBSB Tahun 2024.
Acara yang diselenggarakan oleh Kemenag ini diadakan guna menyambut dan mempersiapkan studi mahasantri penerima beasiswa PBSB tersebut. Dalam acara tersebut juga dipaparkan berbagai materi dan amanat penting mengenai beasiswa PBSB.
Dalam sambutannya, Dr. Basnang Said, M.Ag. menyampaikan selamat kepada seluruh mahasantri yang telah lulus program tersebut. Pak Basnang juga mengingatkan akan 4 komitmen mahasantri yang harus selalu mereka ingat. Pertama, bahwa program ini (PBSB) adalah hak seluruh santri berprestasi di Indonesia yang harus dipenuhi oleh negara. “Anak-anak yang menerima dan lulus Program Beasiswa ini jangan dianggap sebagai penerima bantuan. Tapi, program ini adalah hak santri yang seharusnya memang diberikan oleh negara itu sendiri,” tuturnya.
Yang kedua, Pak Basnang mengingatkan bahwa peran santri sangatlah besar untuk kemerdekaan dan keutuhan negara. Maka, sudah sepantasnya negara mengafirmasi hak-hak santri tersebut dalam pendidikan. Pak Basnang bilang, “Negara haruslah berterima kasih pada testimoni dan fatwa yang dikeluarkan para ulama terdahulu, di antaranya adalah fatwa resolusi jihad yang disampaikan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, yang mana sekarang kita peringati sebagai hari Santri Nasional tiap tanggal 22 Oktober”.
Ketiga, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren itu berpesan agar mahasantri harusnya menunjukkan label santri berprestasi mereka dengan berbagai prestasi yang diraih. Beliau juga mengamini impian Gus Dur untuk melahirkan para doktor dari tubuh pesantren. “Dulu, ketika Gus Dur menjadi presiden, beliau berharap bisa mengeluarkan 5000 doktor dari tubuh pesantren,” jelasnya.
Di akhir, Pak Basnang turut menyampaikan bahwa para santri seyogyanya dapat fleksibel dalam menerima rumpun keilmuan apa pun, sebab menurutnya mereka telah terlatih sejak menjadi santri dahulu. “Pada awal program ini masih banyak timbul keraguan dari berbagai perguruan tinggi. Perguruan-perguruan tinggi itu ragu apakah para santri ini dapat mengikuti perkuliahan dengan jurusan non-agama nantinya. Padahal, nyatanya kita para santri sejak awal menempuh pendidikan dahulu telah ditanamkan sifat Himmah dan sungguh-sungguh. Mungkin memang pada awal semester timbul sedikit kewalahan, namun saya yakin pada semester-semester berikutnya para santri itu akan membuktikan bahwa mereka mampu mengejar ketertinggalan, bahkan bisa saja menjadi wisudawan terbaik di angkatannya masing-masing,” pungkas Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama tersebut.
Kontributor: Alfa Munayah
Editor: Syifa’ Q.