Blog

Malas dan Bermalas-Malasan itu Sangat Berbeda

Syaikh dari Yaman
Berita

Malas dan Bermalas-Malasan itu Sangat Berbeda

Pesantren Tebuireng kedatangan tamu dari Yaman yaitu Syekh Ahmad Nasir Al Busyiri, Senin, (17/01/2022). Diawali dengan berbincang dengan beberapa masyayikh Pesantren Tebuireng di ndalem pengasuh dan disusul dengan acara Muhadharah Ammah yang bertempat di Aula Yusuf Hasyim Lantai 3. Acara ini dihadiri oleh seluruh mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, mahasantri putra menghadiri secara offline sedangkan mahasantri putri secara online melalui via Zoom.  

Dalam sambutannya Syekh Ahmad Nasir Al Busyiri Al Maliki menyampaikan bahwa kita sebagai mahasiswa yang  notabene jurusan hadis harus bersyukur karena kita mendapatkan kesempatan dengan mudah serta fasilitas  memadai, yang  telah diberikan oleh pondok  juga merupakan suatu nikmat yang sangat besar sekali bagi kita. 

“Dahulu Imam Bukhori dengan susah payahnya mencari dalam belajar ilmu hadis, dengan jalan kaki, berapa ribu kilo beliau untuk mendapatkan hadis dan terkadang hanya 1 hadis saja butuh waktu bertahun-tahun. Sedangkan kita hanya dengan belajar bersama guru kita sudah cukup, karena guru kita juga belajar hadis  dari gurunya. Jadi sanad keilmuan sangat jelas ada, makanya ada maqolah (perkataan) السند من الدين لولا السند لا قل من شاء   bahwasanya sanad itu adalah termasuk bagian dari agama bahkan jika tidak ada sanad orang itu akan berbicara atas kemauannya sendiri. Berbicara dengan seenaknya sendiri karena tanpa adanya sanad. Oleh karena itu kita harus bersyukur,” ungkap beliau.

Selain itu Syekh Ahmad Nasir Al Busyiri juga menyampaikan  tentang العلم بالشهدة شرف والعلم بلا الشهدة شرف و الشهدة بالعلم كذب   bahwasanya seseorang ketika mempunyai ilmu dengan ijazah itu mulia. Seseorang mempunya ilmu tanpa ijazah juga mulia. Namun jika mempunyai  ijazah tapi isinya tidak ada ilmu maka itu dinamakan bohong. Oleh karena itu kita harus  meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar  kita di dalam mendalami ilmu Allah, karena ilmu Allah itu sangat luas sekali.

Para Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari sangat antusias dalam pertemuan ini bahkan ada beberapa mahasantri yang mengajukan pertanyaan kepada Syekh. Pertama, bagaimana cara menghilangkan sifat malas, mengantuk, dan juga bosan ketika dalam proses belajar karena memang tidak bisa dipungkiri hal ini sering terjadi, tidak jarang akan tetapi sering terjadi pada saat mencari ilmu?

Beliau menjawab bahwa memang hal tersebut adalah cobaannya seorang dalam mencari ilmu, terutama dalam belajar. Ketika kita sudah merasakan hal itu mari kita telaah kembali perjalanan-perjalanan biografi para ulama terdahulu lalu kita baca, bagaimana perjuangan beliau dalam mencari ilmu apakah diam saja? Atau malas-malasan? Apakah beliau mencintai tidur apa tidak? Justru beliau sangat menghargai waktu dan beliau sangat bersungguh-sungguh dalam mencari dan belajar ilmu. Sama halnya kita ketika sudah merasakan sifat malas maka mari kita introspeksi diri.

Jikalau kita benar-benar ingin seperti beliau maka ikutilah jalan, proses  perjuangan beliau, proses perjuangan mencari ilmu, dan yang lain-lain karena sifat malas dan bermalas-malasan itu sangat berbeda. Malas itu masih bisa kita hilangkan dan juga masih bisa kita atasi, karena sifat tersebut juga terkadang datang untuk menjadi cobaan bagi seseorang yang sedang mencari ilmu.

Sedangkan bermalas-malasan itu adalah adanya sifat dari setan yang mana dibantu oleh nafsu setan sendiri, jadi dari dirinya sendiri sudah tidak mau adanya keinginan dalam belajar. Sifat malas dan sifat bermalas-malasan itu ada unsur tersendiri. Oleh karena itu inilah penyakit yang sangat hebat dan  sangat merugikan yaitu sifat bermalas-malasan yang mana tidak ada keinginan dan  kemauan dalam belajar.

Kedua, manakah yang lebih utama antara menghafal Al Quran atau menghafal hadis?

Beliau menjawab bahwa keduanya sangatlah penting karena keduanya adalah sumber keilmuan. Jikalau bisa menghafal keduanya kenapa harus memilih? Jikalau disuruh pilih salah satu bagus maka Al Quran juga bisa, hadis juga bisa. Al Quran itu ilmunya akan tetapi cara memahaminya dengan hadis. Karena keduanya itu saling terikat dan tidak bisa lepas. Kita sebagai طلب العلم  harus bisa memilih yang mana jadi kewajiban kita jikalau bisa keduanya harus sabar, rajin, dan tekun agar bisa mencapainya. (Ibnu Ubaidillah)