Blog

Peringati Hari Bumi untuk Pertama Kalinya, Bangun Kesadaran Lingkungan di Kalangan Santri

Diskusi lingkungan bst 2025
Berita

Peringati Hari Bumi untuk Pertama Kalinya, Bangun Kesadaran Lingkungan di Kalangan Santri

Pesantren Tebuireng turut ambil bagian dalam perayaan Hari Bumi dengan menggelar workshop lingkungan hidup yang melibatkan para mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Senin, (21/04/2025). Kegiatan ini berjalan dengan antusiasme tinggi dari para peserta, meskipun dengan persiapan yang cukup singkat. Sekitar 120 negara di dunia memperingati Hari Bumi setiap tahunnya.

Workshop ini menghadirkan Ustadz Ahmad Faozan, M.H., Direktur Bank Sampah Tebuireng (BST), sebagai pemateri utama. Dipandu oleh moderator Muhammad Haidar Ali, acara ini membahas pentingnya peran santri dalam menjaga kelestarian lingkungan, khususnya di lingkungan pesantren.

Dalam pemaparannya, Ustadz Ahmad Faozan mengungkapkan bahwa BST sejatinya telah berdiri sejak tahun 2016 pada masa kepemimpinan KH. Salahuddin Wahid. Namun, di masa-masa awal, kegiatan BST belum berjalan seefektif sekarang. Sejak diamanahi menjadi direktur pada tahun 2022 atas dawuh para kiai, BST mengalami perkembangan signifikan, baik dari segi keanggotaan maupun cakupan program kerja.

“Awalnya hanya terdiri dari tiga orang, kini BST memiliki sekitar 17 anggota aktif. Kami tidak hanya mengelola Bank Sampah Tebuireng (BST) saja, tetapi juga mengelola di Madrasatul Qur’an (MQ) serta berbagai bentuk edukasi lingkungan,” jelasnya.

Selama enam bulan terakhir, sebanyak 1.850 peserta dari berbagai jenjang telah mengikuti program edukasi BST. Menariknya, BST kini juga menjalin kolaborasi dengan Pabrik Gula Cukir dalam mengembangkan solusi pengelolaan sampah yang lebih luas.

Ustadz Faozan juga menyoroti masalah klasik yang dihadapi banyak pondok pesantren, yakni kebersihan. Ia menekankan bahwa kesadaran individu sangat dibutuhkan dalam menyikapi persoalan ini. “Sampah plastik yang kerap kita anggap sepele ternyata membutuhkan waktu hingga 300 tahun untuk dapat terurai di tanah. Di Tebuireng sendiri, selama tiga tahun terakhir, tercatat sekitar 1.000 ton sampah yang belum terpilah dengan baik,” paparnya.

Ia mengajak para mahasantri untuk menjadi teladan dalam menjaga kebersihan lingkungan. “Sebagai santri senior, kita harus menjadi contoh bagi adik-adik kelas. Sampah sekecil apa pun harus dibuang pada tempatnya. Inilah wujud nyata dari slogan BST: Bersih, Berkah, berlimpah,” ujarnya menutup pemaparan. Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam membangun budaya cinta lingkungan di lingkungan pesantren, sekaligus menunjukkan bahwa pesantren juga dapat menjadi pelopor dalam isu-isu keberlanjutan dan kepedulian terhadap bumi.

Kontributor: Wafa Amatsil