Blog

Pesan Pengasuh Pesantren Tebuireng untuk Wisudawan X M1 MAHA

 Mg 9066
Berita

Pesan Pengasuh Pesantren Tebuireng untuk Wisudawan X M1 MAHA

Selamat! Rapat Senat Terbuka Wisuda X Marhalah Ula (M1) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Takhassus Hadis dan Ilmu Hadis telah resmi purna. Ahad, (15/09/24) acara Wisuda X M1 MAHA berhasil mencetak sejarah baru dengan meluluskan 82 wisudawan termasuk 5 kategori mumtaz (cumlaude). Tentunya, prestasi ini menjadi nilai kebanggaan tersendiri bagi Pesantren Tebuireng, terutama untuk Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz (Kyai Kikin).

Kyai Kikin, selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng sekaligus Ketua PWNU Jawa Timur periode 2024-2029, sangat terkesan atas prestasi para wisudawan Wisuda X M1 MAHA Takhasus Hadis dan Ilmu Hadis. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi untuk para wisudawan. Kyai Kikin juga menyebutkan arti besar warisan Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, serta segala dedikasi Hadratussyaikh untuk kemakmuran pendidikan di tanah Tebuireng.

“Seringkali kita mendengar perintah untuk melanjutkan dakwah dan perjuangan Hadratussyaikh. Kita sering sekali menyebut nama Hadratussyaikh, bahkan kita menyebut nama ‘Hasyim Asy’ari’ pada Ma’had Aly ini (MAHA). Lalu, sebenarnya apa yang diwariskan pada kita dan yang harus kita jaga kelestariannya?,” ungkap Kyai Kikin memulai sambutan.

Kyai Kikin kemudian mengatakan, “Begitu banyak kitab-kitab beliau yang diwariskan hingga sekarang. Namun, sejauh mana kita bisa memahami dan mempelajari, apalagi mengamalkan warisan Hadratussyaikh itu?. Bagi saya, ada 2 kitab yang sangat penting: Pertama, Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah”.

Kitab Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah ditulis pada tahun 1921 di saat organisasi Islam terbesar Indonesia saat itu, yakni Syarekat Islam (SI) mengalami perpecahan. Pada kekacauan yang terjadi, di antara kelompok modernis dan tradisionalis, Tjokroaminoto berusaha mengerahkan usahanya untuk mengkonsolidasikan umat islam, sehingga terlaksanalah Kongres Islam di Cirebon pada tahun 1921. Pada detik itu pula, Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari menulis kitab Risalah Ahli as-Sunnah wa al-Jamaah itu. Tujuan dari penulisan kitab tersebut, tak lain adalah untuk memberi bimbingan pada umat Islam Indonesia agar terhindar dari paham radikal yang mulai merambah bumi Indonesia pada awal tahun 1912 tersebut.

Kemudian, kitab kedua dari Hadratussyaikh yang disebutkan oleh Kyai Kikin adalah kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim. “Bagi saya kitab ini bukan sekedar kitab tentang ilmu pengetahuan, melainkan kitab yang perlu dipraktekkan dan diamalkan pada sendi-sendi kehidupan kita dalam belajar dan bermasyarakat. Selain itu, kitab ini pula dapat menjadi dasar kelembutan hati juga ketaatan,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng tersebut.

Kyai Kikin menlanjutkan, “Lalu apa yang perlu kita lanjutkan dari perjuangan KH. Hasyim Asy’ari?. Poin ini sangat penting bagi kalian sebagai mahasantri Ma’had Aly terkhusus Takhasus Hadis dan Ilmu Hadis yang merupakan asas keilmuan Hadratussyaikh. Yang perlu kita lanjutkan dari perjuangan Hadratussyaikh ada;ah terus menghidupkan dan mengimplementasikan nilai-nilai Ahlussunnah waljamaah.”

Akhirnya, Kyai Kikin dengan khidmat berpesan kepada para wisudawan, “Oleh sebab itu, teruskan, lanjutkan perjuangkan hak-hak dan segala tradisi Ahlussunnah waljamaah. Karena Aswaja merupakan ‘akar’. Terlebih lagi pendidikan kalian (Wisudawan) saat ini adalah Takhasus Hadis dan Ilmunya, yang mana itu semua akan menjadi komponen pokok pembangun sebuah komponen yang lebih besar lagi nanti di masa depan.”

Kontributor: Naffisa Izzah

Editor: Syifa’ Q.