Blog

Workshop Moderasi Beragama : Pesantren Sebagai Wadah Anti Radikalisme

Whatsapp Image 2024 05 24 At 18.47.35
Berita

Workshop Moderasi Beragama : Pesantren Sebagai Wadah Anti Radikalisme

Pembukaan Workshop Moderasi Beragama pada Senin, (20/05/24) sukses digelar. Acara berjalan dengan khidmat disertai antusiasme para peserta. Acara yang dilangsungkan di Griya Persada Convention Hotel Semarang ini, dihadiri oleh Kasubdit PDAM Kemenag RI Dr. Mahrus Elmawa, Dirjen Pendidikan Kemenag RI Dr. Wartono Abdul Ghafur, KH. Luqman Al-Hakim Haris Dimyathi sebagai pemateri, DEMA Asosiasi Ma’had Aly (DEMA AMALI) dan tim penulis dari unit Ma’had Aly se-Indonesia. Perwakilan dari MAHA, Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA., Munanurrohman sebagai Presiden DEMA MAHA yang baru, Moh. Ahsan Saiful Rizal sebagai Presiden Nasional DEMA Amali, serta beberapa mahasantri MAHA lainnya, yakni Alfahrizal dan Faizal Amin juga turut berkontribusi dalam acara tersebut.

Acara ini melibatkan Asosiasi Ma’had Aly se-Indonesia untuk bersama-sama merancang kembali tujuan dan misi pengembangan kajian turots, serta peran pesantren sebagai titik sentral benteng moderasi beragama. Seperti yang disampaikan Dr. Mahrus Elmawa dalam sambutannya, pesantren memiliki sumbangsih besar sebagai wadah anti terorisme dan radikalisme untuk menjaga keutuhan NKRI.

Beliau juga menyampaikan, “Dengan diadakannya workshop ini, dapat menjadi bukti kemajuan dan kemampuan pesantren dalam bidang bahasa Arab, baik lisan (qouli) maupun tulisan (kitabi)“. Menurut beliau, untuk dedikasi lainnya dari pesantren yang dapat dirasakan dalam jangka waktu yang panjang adalah karya tulis dosen Ma’had Aly pada berbagai bidang keilmuan. Dengan berfokus pada moderasi beragama, tentunya karya tulis tersebut menjadi sumbangsih besar pada khazanah keilmuan islam.

Dirjen Pendidikan Kemenag RI, Dr. Wartono Abdul Ghafur mengapresiasi kegiatan tersebut. Beliau menyanjung peran besar pesantren terhadap keberlangsungan moderasi beragama, serta nilai-nilai kemanusiaan yang hingga kini dapat dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia. Harapannya, dari workshop tersebut dapat lahir insan-insan yang berjiwa moderat, terutama dari unit pendidikan Ma’had Aly sendiri. Tentunya, hal tersebut perlu implementasi nyata, bukan hanya sekedar teori.

Dalam isi seminarnya, KH. Luqman Al-Hakim Haris Dimyathi berpesan agar nilai-nilai khas pesantren dalam syiar moderasi beragama melalui turots (kitab-kitab kuning) jangan sampai luntur, apalagi dihilangkan. Beliau mengatakan, “Sektor pendidikan berbasis pesantren, khususnya NU, tidak memiliki ruang bagi aliran radikalisme dan ekstrimisme, sebab prinsip dasar pesantren sejak dulu adalah rahmatan lil alamin (menjadi rahmat bagi semesta alam)”. Beliau juga menegaskan bahwa sejak dahulu turots yang diajarkan serta dipraktikkan di pesantren telah mengandung nilai-nilai moderasi beragama.

Singkatnya, Workshop Moderasi Beragama ini merupakan langkah untuk menerjemahkan diksi moderasi beragama menjadi aksi nyata, baik di lingkungan pesantren sendiri maupun global. Melalui segudang program dan berbagai karya digital maupun cetak, harapannya adalah pesantren dapat terus berkontribusi dalam membentangkan sayap untuk Indonesia yang rukun dan moderat.

Kontributor: Naffisah Izzah

Editor: Syifa’ Q.