Blog

Program M2 Ma’had Aly Sukorejo Dirancang untuk Mencetak Mufti yang Mampu Berijtihad

Img 20241116 152556
Diskusi Publik

Program M2 Ma’had Aly Sukorejo Dirancang untuk Mencetak Mufti yang Mampu Berijtihad

Ustadz Irsyad kemudian menjelaskan secara detail spektrum kajian di Mahad Aly Sukorejo, yang berfokus pada bidang ushul fikih dan fikih. Beliau menuturkan bahwa pada awalnya, program M1 (marhalah ula) memiliki konsentrasi pada ekonomi keumatan. Namun, setelah melalui evaluasi yang mendalam bersama para pimpinan dan naib mudir, ditemukan bahwa karya tulis yang dihasilkan santri M1 terlalu mirip dengan skripsi mahasiswa fakultas syariah atau ekonomi syariah. Hal ini menimbulkan kegelisahan di kalangan pengelola, karena Mahad Aly diharapkan memiliki ciri khas yang membedakannya dari institusi pendidikan lain.

Setelah serangkaian diskusi dan keputusan bersama, konsentrasi program M1 diubah menjadi metodologi istimbatul ahkam, sehingga selaras dengan program M2 (marhalah tsaniyah). Dengan konsentrasi yang sama, perbedaan antara M1 dan M2 terletak pada pendekatan dan tingkat kedalaman kajian. Program M1 lebih menekankan pada kemampuan tekstual dengan pendekatan naqlul intiqadi, yakni kemampuan untuk mengutip dan memindahkan pendapat-pendapat ulama dalam kitab kuning. Sementara itu, program M2 dirancang untuk mencetak mufti yang mampu melakukan ijtihad, baik secara langsung (direct ijtihad) maupun tidak langsung (indirect ijtihad).

Beliau juga menjelaskan bahwa lulusan M1 cenderung diarahkan untuk menjadi pengajar, penyuluh agama, atau staf di KUA. Sebaliknya, lulusan M2 diproyeksikan menjadi mufti yang memiliki kompetensi tinggi dalam memutuskan hukum syar’i berdasarkan dalil-dalil yang sahih. Dengan penuh semangat, beliau menyebut rencana pengembangan program M3 yang bertujuan mencetak ulama bertaraf “syafi’iy zaman ini”. Program ini diharapkan mampu melahirkan mujtahid-mujtahid baru yang bisa dikatakan sebagai “Imam Syafi’i jilid dua” dalam hal kedalaman ilmu dan kemampuan istinbat hukum.

Tantangan Modern: Teknologi dan AI

Dalam pidatonya, Ustadz Irsyad juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi oleh dunia Islam di era modern, terutama dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI). Beliau mencontohkan bagaimana Jepang telah menggunakan robot untuk membaca ajaran agama di kuil-kuil mereka, dan Jerman telah mengembangkan robot pendeta yang bertugas memberikan khotbah di gereja. Bahkan di dunia Islam, robot mufti telah mulai dikembangkan di Uni Emirat Arab untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan hukum seputar haji dan umrah.

Dengan humor yang cerdas, Ustadz Irsyad bercanda bahwa jika teknologi ini terus berkembang, lulusan Mahad Aly mungkin akan menghadapi persaingan ketat dengan robot-robot canggih tersebut. Namun, beliau juga menegaskan pentingnya menjaga sanad keilmuan, karena keilmuan yang bersumber dari AI tidak memiliki kejelasan asal-usulnya. Oleh karena itu, santri Mahad Aly diharapkan tidak hanya menguasai literasi kitab kuning, tetapi juga mampu beradaptasi dengan era digital dan teknologi informasi.

Inovasi dalam Penelitian dan Penulisan

Ustadz Irsyad memaparkan berbagai inovasi yang telah dilakukan di Mahad Aly Sukorejo, terutama dalam bidang penelitian dan penulisan. Beliau menyebutkan bahwa santri kini diberikan opsi untuk menyusun risalah, mensyarahi kitab, atau menerbitkan artikel di jurnal bereputasi. Mahad Aly Sukorejo juga terus mendorong santri untuk menghasilkan karya tulis yang berkualitas tinggi, baik berupa kitab maupun publikasi ilmiah di jurnal bereputasi minimal SINTA-3. Beberapa karya santri bahkan telah diakui dan dipublikasikan di luar pesantren.

Sistem Pengabdian Santri

Dalam bagian lain pidatonya, Ustadz Irsyad membahas sistem pengabdian santri Mahad Aly Sukorejo, yang memiliki keunikan tersendiri. Beliau menjelaskan bahwa lulusan M1 diwajibkan untuk mengabdi selama tiga tahun, dengan pembagian dua tahun saat dalam masa pendidikan yang berada di internal pesantren dan satu tahun dimulai pasca pendidikan yang ditempatkan di luar pesantren. Meskipun pengabdian ini menjadi tantangan bagi sebagian santri, beliau meyakini bahwa sistem ini memberikan dampak positif dalam membentuk karakter dan pengalaman santri.

Penutup yang Optimis

Pidato Ustadz Irsyad ditutup dengan ajakan kepada semua pihak untuk memperkuat tradisi akademik dan menjaga nilai-nilai pesantren di tengah tantangan modern. Beliau menyampaikan harapan agar Mahad Aly terus menjadi pusat pendidikan Islam yang unggul dan inovatif. Dengan nada yang hangat, beliau mengundang para peserta untuk berkunjung ke Situbondo dan berbagi pengalaman demi kemajuan bersama. Pidatonya diakhiri dengan ucapan terima kasih dan doa untuk kelancaran acara.