Esensi Ilmu adalah Amal
Esensi Ilmu adalah Amal
Oleh: Achmad Fathurrohman Rustandi
Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Tebuireng lahir sebagai antitesis perguruan tinggi Islam, sebagai kegelisahan para Kiai terhadap kaderisasi ulama yang mumpuni, baik dalam amal ilmiah maupun ilmu amaliah. Ma’had ‘Aly sebuah produk pesantren ala Nusantara, yang memadukan sistem akademik tradisional dan modern, yang sudah berumur sepuluh tahun.
Pesantren Tebuireng melalui Ma’had ‘Aly sejatinya berpotensi menjadi lembaga pendidikan kelas dunia, ada lembaga Zaituna Institute di Amerika Serikat, dan Madina Institute di Afrika Selatan kedua lembaga ini mirip dengan Ma’had ‘Aly yang mengusung tema mengawinkan pendidikan tradisional dengan sistem modern yang berorientasi pada keilmuan. Kedua institusi ini diminati banyak pelajar muslim dari seluruh dunia, rasanya melihat pengalaman panjang Pesantren Tebuireng didukung dengan SDM pengajar dan manajemen yang mumpuni, Ma’had ‘Aly bisa sebagai pusat kajian Islam dunia, sangat menarik jika ide ini kita tawarkan kepada dunia. Indonesia sebagai rumah besar bagi populasi muslim terbesar di dunia, memiliki modal yang kuat menjadi pusat kosmik kajian Islam dunia jika semua piranti pendukungnya dilengkapi, harus dimulai membangun perpustakaan super lengkap, lembaga bahasa, lembaga riset dan membangun milieu belajar yang lebih baik, ini semua membutuhkan modal besar dan dukungan dari berbagai pihak.
Esensi Ilmu Adalah Amal
Upaya MAHA dalam memberikan beasiswa kepada mahasantri berprestasi patut diapresiasi, tidak banyak yang bisa memberikan beasiswa 100% kepada seluruh mahasiswanya. Sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan berkualitas harus berbiaya mahal, pernyataan ini tidak sepenuhnya benar namun perlu kita cermati.
Karena visi Ma’had ‘Aly adalah memproduksi ulama, ini merupakan tantangan yang berat, Imam Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan bahwa musyahadah dalam satu sisi adalah puncak spiritualitas seseorang namun di sisi lain adalah sebuah awal proses pencarian. Proses pencarian ilmu tidak pernah berhenti. Syahid Syaikh Ramadhan Al-Buthi mengatakan ketika masuk kampus saya adalah orang bodoh ketika keluar kampus saya adalah doktor yang bodoh, artinya rasa dan daya untuk terus menggali ilmu pengetahuan harus tetap kita miliki.
Inti ilmu pengetahuan adalah amal, tanpa amal ilmu hanya sebatas informasi tanpa transformasi. Tak ada gading yang tak retak, sebagai seorang santri kami memiliki banyak kekurangan dan kesalahan, dalam kesempatan ini kami memohon maaf kepada orang tua dan guru-guru kami. Terima kasih dan mohon do’a semuanya, semoga Allah SWT memberikan kita ilmu yang berkah dan manfaat, semoga bisa mengamalkan.
Tulisan ini dimuat dalam MAHA Media edisi wisuda tahun 2016
Penulis telah menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga tahun 2022 dan tahun ini menjadi Pengasuh Pesantren Suciati Saliman, D.I. Yogyakarta.