Blog

Gelas yang Berandai Menampung Sumur

Muhammad Makfi kesan 2016
Testimoni

Gelas yang Berandai Menampung Sumur

Oleh: Muhammad Makfi

Sebelum memaparkan sedikit kesan tentang Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, mungkin perlu penulis katakan bahwa kesan yang ditulis di sini merupakan kesan penulis pribadi dan bukanlah manifestasi dari apa yang dirasakan oleh semua alumni Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari. Karena tentu ada banyak perbedaan tentang kesan yang didapat oleh para alumni Ma’had ‘Aly dari kampus tercinta ini.

Penulis mungkin tidaklah berhak menilai, namun begitu besar keinginan untuk mengatakan bahwa penulis dapat merasakan sosok seorang murabbi sejati dari masyayikh di sini. Dengan ke-ndableg-an para mahasantrinya, mereka tetap sabar dan telaten menularkan ilmunya. Dengan almamater sebagai sarjana dari universitas ternama di luar negeri, para masyayikh sebenarnya sangat-sangat mampu dan bisa saja diterima untuk mengajar di universitas lain yang lebih maju daripada kampus ini (yang tentunya dengan gaji yang jauh lebih tinggi). Namun itu semua bukanlah godaan bagi masyayikh. Ke-telaten-an mengajarkan ilmu tanpa memperhitungkan timbal balik–terutama timbal balik duniawi–sudah benar-benar menancap di hati masyayikh.

Berbicara tentang kesan, tidak akan terlepas dari nostalgia. Teringat ketika Ust. Abdul Wahhab menyampaikan salah satu materi kuliah. Sebenarnya kami sangat antusias dengan setiap materi yang disampaikan Beliau. Namun sering kali kami “kowah-kowoh” tidak dapat menyerap apa yang disampaikan Beliau. Beliau menyampaikan bahwa para masyayikh tidak mengharapkan apa pun dari mahasantri Ma’had ‘Aly selain kemanfaatan ilmu yang diajarkan.

Penyesalan, mungkin itulah kata yang dapat mewakili semua yang penulis rasakan setelah melalui proses KBM di sini. Bukan penyesalan yang timbul dari apa yang telah diberikan oleh Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari, akan tetapi penyesalan karena kapasitas saya yang belum terlalu mumpuni untuk menampung semua ilmu yang diberikan. Bagai gelas yang berandai untuk dapat menampung satu sumur susu.


Tulisan ini dimuat dalam MAHA Media edisi wisuda tahun 2016