Penutupan Pengajian Ramadan, Tuntaskan Kitab Bidayatul Mujtahid
Penutupan Pengajian Ramadan, Tuntaskan Kitab Bidayatul Mujtahid
Pengajian Ramadan Kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Maqosid yang ditulis oleh Ibnu Rusyd (w. 1198 M) sukses digelar. Pengajian tersebut dimulai pada malam 1 Ramadan hingga 18 Ramadan setiap ba’da salat Isya’ oleh Kyai Mahfudz Ali Amari Sya’roni sebagai Qori. Pengajian tersebut diikuti sejumlah 70 orang, baik dari kalangan mahasantri maupun selain mahasantri.
Penutupan Pengajian Ramadan pada Selasa malam, 18 Maret 2025 yang bertempat di lobi Lt. 1 MAHA dihadiri oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz, Kiai Mahfudz Ali Amari Sya’roni, Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Dr. KH. Achmad Roziqi Lc., M.HI., Ketua Marhalah Tsaniah, Dr. Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, MA., Hum., serta beberapa dosen lainnya.
Acara diawali dengan ijazahan kitab oleh Kiai Amari (Sapaan akrab Kiai Mahfudz Ali Amari Sya’roni) dari guru beliau, Kiai Faqih Asy’ari, yang memiliki sanad sambung hingga ke Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Dalam sambutannya beliau menyampaikan wasiat sang guru, “Yang penting di antara pesan beliau adalah di mana pun kamu berada wajib نشر العلم والدين, kulo yakin dengan kita khidmah kepada para masyayikh maka futuh itu akan kita peroleh dikemudian hari. Dan di antara wasiat beliau lagi كن عالما او متعلما فلا خير سوى ذلك.”
KH. Achmad Roziqi juga menegaskan dalam sambutannya bahwa cara yang benar dalam memahami hadis-hadis hukum yaitu dengan cara الاعتماد باحد المذاهب الأربعة. “ Memahami hadis-hadis hukum itu harus dengan berpegang teguh dengan salah satu dari empat madzhab yang sudah digariskan sebagai jalur hidup kita selaku Ahlu Sunnah wal Jama’ah, dan kita disebut sebagai pondok pesantren yang berhaluan salafiyah syafi’iyah sehingga memahami hadis itu harus berangkat dari mana para Fuqohauna As-Syafi’iyyah memandang hadis itu,” tegas beliau.
Oleh karena itu, KH. Achmad Roziqi menerangkan bahwa pengajian kitab fikih ini merupakan hasil diskusi pimpinan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari untuk mewadahi para mahasantri yang memilih untuk menetap di pondok pesantren selama Ramadan. “Maka kita berijtihad, bagaimana kalau mahasantri yang tidak pulang ini kita wadahi dalam komunitas ngaji, dan ngaji itu احسن بقعة وافضل بقعة,” ungkapnya.
Di sisi lain, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Mahfudz merasa bahwa keilmuan sekarang menurun, dan beliau berpesan, “Kita sama-sama perlu mendorong keilmuan di Indonesia, kalau bisa nanti fatwa di Al-Azhar merupakan fatwa dari Tebuireng.” Lalu dilanjut doa oleh beliau sebagai akhir rangkaian acara.
Kontributor: Irma Khumairoh