Menyambut Isra’ Mi’raj Ala Mahasantri
Menyambut Isra’ Mi’raj Ala Mahasantri
Ma’had Aly Hasyim Asyari, perguruan tinggi berbasis pesantren, akan menggelar sebuah acara dalam rangka Peringatan Hari Besar Islam dan Isra Miraj 1440 H. Ada banyak rangkaian acara yang akan digelar mulai 3 April 2019 mendatang seperti Lomba Desain Poster, Musabaqah Hifdzul Quran (MHQ), Musabaqah Qiroatil Kutub (MQK), dan Pidato Bahasa Arab.
Selain lomba antar mahasantri, akan digelar juga bedah kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Sebuah kitab karangan dari Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asyari. Bedah kitab ini terbuka untuk umum dan diadakan pada 3 April 2019 pukul 13.20. Adapun peserta dikenakan biaya sebesar 5000 rupiah untuk biaya sertifikat acara.
Narasumber acara bedah kitab ini adalah ustadz Nur Rohmad, S.Ag, M.HI. Kemudian pembadingnya adalah Dr. KH. Ahmad Mustain Syafii, Mudir Pondok Madrasatul Quran Tebuireng Jombang, juga salah satu dosen di Mahad Aly Hasyim Asyari.
Sebelum acara bedah kitab berlangsung, kemarin, (01/04/2019), Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) sebagai anggota dari Dewan Eksekutif Mahasantri (DEMA), matangkan segala persiapan menjelang acara. Salah satunya adalah diskusi kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah terlebih dahulu. Adapun Kelompok diskusi ini, terbagi menjadi 5 kelompok. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan kelompok halaqah kajian hadis yang biasa berjalan setiap minggunya. Tugas dari setiap kelompok adalah mendiskusikan secara global akan isi atau kandungan dari kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah.
Diskusi persiapan ini, berjalan pukul 09.00-11.00 WIB. Karena terbagi menjadi beberapa kelompok diskusi, nampak materi atau tema diskusi suatu kelompok berbeda dengan kelompok yang lain. Ada yang fokus membahas tentang sunnah dan bidah saja, seperti bagaimana munculnya berbagai bidah di Nusantara, dan apa saja macam-macam ahli bidah masa kini. Ada pula yang fokus membahas masalah ijtihad, dan masih banyak lagi sesuai kandungan dalam buku.
“Diskusi tersebut diadakan sebagai bekal awal sebelum kitab ini dibedah. Di samping itu, paling pokok adalah untuk memperdalam keilmuan mahasantri terhadap ilmu agama. Lebih-lebih tentang kajian kitab karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari sendiri. Karena selain sebagai mahasantri Mahad Aly, kita juga sebagai santri Tebuireng yang tidak mungkin bisa lepas dari sosok pendiri Pesantren Tebuireng, KH. Hasyim Asy’ari,” tegas Qomaruzzaman, mahasantri semester 6, sekaligus sebagai Koordinator MENDAGRI DEMA.
“Adapun harapannya, semoga mahasantri selalu istiqomah dan memiliki semangat yang tinggi dalam hal keilmuan, salah satunya berdiskusi. Mengapa? Karena sebagai mahasantri, kita tidak boleh kering dari kebiasaan diskusi. Selain untuk mencari jawaban yang tepat dalam semua problematika, tetapi juga suatu bentuk di mana kita berpegang teguh pada qoidah: المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح,” terangnya kembali.
Nampak begitu semangat dan antusias mahasantri dalam mengikuti diskusi persiapan ini. Acapkali terjadi perdebatan atau interaksi aktif antar anggota diskusi. Muhammad Ridwan, selaku Ketua Kelompok 2 Halaqah mengatakan, “Semoga diskusi ini, bisa meningkatkan semangat Mahasantri dalam mengkaji karya hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Dan menjadi pemicu untuk mempelajari karya Hadratussyaikh yang lainnya.” (Fitrianti)