Nalar Tekstual, Benarkah Biang Radikalisme?
Nalar Tekstual, Benarkah Biang Radikalisme?
Senin, 30 Oktober 2023 bertempat di Lobi Kampus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Diskusi Ilmiah Bedah Buku “Nalar Tekstual Ahli Hadis” berlangsung. Kegiatan ini diprakarsai oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) DEMA MAHA. Buku yang dibedah merupakan hasil karya salah satu dosen MAHA, Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, MA. Hum yang berjudul “Nalar Tekstual Ahli Hadis di Indonesia; Mencari Formula Kultur Moderat Berbasis Tekstualisme”.
Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Mudir MAHA, KH. Achmad Roziqi, Lc. M.HI. Dalam sambutannya KH. Roziqi mengatakan, “Buku dari Dr. Ubayd ini merupakan karya yang sangat luar biasa. Dari judulnya saja ‘Nalar Tekstual Ahli Hadis’ sudah menunjukkan betapa istimewanya buku tersebut”.
“Sebagaimana hari ini biasanya kita anggap bahwa orang-orang yang tidak moderat adalah mereka yang hanya memahami hadis secara tekstualnya saja, namun dengan kedatangan buku Dr. Ubayd ini justru menggiring kita agar memahami bahwa ke-moderatan (wasatiyah) itu bisa berbasis dan bersumber dari nalar tekstual hadis itu sendiri. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita pahami, khususnya sebagai mahasantri takhassus hadis,” pungkasnya.
Buku dari Dr. Ubayd yang dibedah kali ini merupakan buku dari hasil penelitian disertasinya ketika mengambil gelar doktor di UIN Jakarta. Setelah puluhan kali mengalami perubahan judul, akhirnya diambillah satu judul buku seperti yang telah tertera di buku tersebut sekarang. Inspirasi terciptanya penelitian atau buku ini menurut Dr. Ubayd adalah dua hadis Nabi SAW. sebagai berikut.
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُهُ يَنْفُونَ عَنْهُ تَحْرِيفَ الْغَالِينَ، وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَ، وَتَأْوِيلَ الْجَاهِلِين (Hadis Pertama)
نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي، فَوَعَاهَا، ثُمَّ أَدَّاهَا … الحديث (Hadis Kedua)
“Latar belakang subjektifnya itu dari dua hadis ini. Kemudian selanjutnya kami cari latar belakang objektif untuk memperkuat penelitian kami tersebut”, ungkap Dr. Ubayd.
Menurutnya, banyak orang menganggap bahwa nalar tekstual merupakan biang kekerasan, radikalisme, fundamentalisme, dan lain sebagainya. Namun dalam waktu yang sama, secara tidak disadari mereka juga tidak terlepas dari praktek tekstualisme itu sendiri. Dr. Ubayd mengungkapkan bahwa hal inilah yang menjadi motivasi beliau berikutnya untuk menyelesaikan penelitian atau buku tersebut.
“Radikalisme bukan hanya melulu lahir dari tekstualisme. Bisa saja karena posisi radikalis tersebut sebagai pihak oposisi dari otoritas yang besar, atau karena dirinya memakai tekstualisme yang parsial, ataupun yang lainnya yang menjadikan dirinya dianggap sebagai pihak yang radikal,” ungkapnya.
“Betapapun, memang tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang radikal itu terlalu tekstual dengan apa yang dia ghuluw-kan (Radikalisasikan) di sana. Namun, sebagaimana dirinya melahirkan ghuluw, tekstualisme itu sendiri juga dapat menetralisir ke-ghuluwan (Ke-Radikalismean) tersebut. Inilah yang ingin kami angkat dalam buku ini,” pungkas Penanggung Jawab Program Marhalah Tsaniyah (M2) MAHA tersebut.
Kegiatan diskusi ilmiah ini berlangsung dengan lancar. Dengan dimoderatori salah satu mahasantri MAHA, Erik Lis Setyawan, kegiatan tersebut dapat dijalankan sebaik mungkin. Akhirnya, setelah Dr. Ubayd selesai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan audiens, diskusi bedah buku tersebut dinyatakan berakhir.
Kontributor : Ach. Syifa’ Qolby