Apapun Pilihan Kita, Pasti Ada Harga yang Harus Dibayar
Apapun Pilihan Kita, Pasti Ada Harga yang Harus Dibayar
Kalau bicara tentang perjalanan selama di Ma’had Aly, rasanya kata-kata terlalu miskin untuk menggambarkannya. Tapi kalau disimpulkan, intinya sederhana: do something or do nothing. Dua-duanya punya konsekuensinya masing-masing.
Ketika kita do something, pasti ada susahnya butuh waktu, tenaga, keringat, bahkan kadang harus rela mengeluarkan uang. Bisa berhasil, bisa gagal. Capek, pusing, bahkan stres juga pernah dirasakan. Tapi dari semua itu, selalu ada nilai dan pelajaran yang tumbuh dalam diri.
Sementara kalau do nothing, susahnya pun tak kalah berat. Ada rasa tidak berharga, penyesalan di masa depan, dan perasaan tidak berkembang. Dari sini aku belajar bahwa apa pun pilihan kita, pasti ada harga yang harus dibayar dan memilih untuk bergerak adalah satu-satunya cara untuk benar-benar hidup.
Momen paling berkesan bagiku adalah ketika menjadi mahasiswa baru. Saat itu aku bertemu dengan banyak orang pintar, tapi sama sekali tidak terlihat seperti orang pintar. Itu yang membuatku kagum mereka semua keren dengan caranya masing-masing.
Kalau bicara tentang sosok yang menginspirasi, tanpa ragu aku menyebut Ustadz Ubaydi. Beliau benar-benar definisi dari “memanusiakan manusia.” Menghargai setiap orang semahal mungkin, dan membuat setiap mahasantri merasa berharga. Apalagi beliau adalah dosen pembimbing skripsiku, jadi banyak momen berkesan yang tak akan terlupakan. Kalau teman yang menginspirasi, banyak! Semua anggota Rihlah Cewe Asekk pastinya, hahaha.
Banyak hal yang membekas selama belajar di Ma’had Aly, sebagian besar mungkin tidak aku sadari tapi semuanya membentuk diriku yang sekarang. Yang paling kuat tertanam adalah nilai usaha berusaha untuk menggapai sesuatu, seperti prinsip awal tadi: do something or do nothing.
Untuk adik-adikku yang comel semuanya, pesanku cuma satu: If you feel you can’t, just live it. Nanti kamu akan sampai di titik di mana kamu bersyukur pernah berada di sini. Selagi itu positif, ikuti semua kegiatan. Jika ada kesempatan, ambil dan lakukan yang terbaik!
Kalau harapan untuk Ma’had Aly, mungkin bukan hanya untuk kampus ini, tapi juga untuk seluruh calon mahasiswa di Indonesia. Kalau aku bisa bicara langsung pada mereka yang ingin kuliah agama, aku bakal bilang:
“Kuliah aja di Ma’had Aly Tebuireng!” Tapi tentu, aku tetap berharap Ma’had Aly terus menebar kegiatan yang inovatif dan penuh manfaat, menjadi tempat belajar yang tidak hanya mencetak sarjana, tapi juga manusia yang matang dalam ilmu dan adab. Kalau harus menggambarkan Ma’had Aly dengan satu kata, aku akan bilang: Amazing. Because it’s second to none terlalu luar biasa di setiap gebrakannya.
Alyssa Qothrunnada Jamaludin, Wisuda 2025
